Langsung ke konten utama

Resensi Novel Sangkakala di Langit Andalusia -- Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

  Judul               : Sangakala di Langit Andalusia Penulis              : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra Tebal                : xii+472 hlm Penerbit            : Republika Tahun Terbit     : 2 022 Cetakan            : ke- 1   Membaca novel ini membawa kita untuk kembali mengingat masa keruntuhan kerajaan Islam di Andalusia atau Spanyol. Penyampaian kalimat demi kalimatnya membuat kita merasakan bagaimana bergejolaknya suasana saat itu. Saat Andalusia beralih kekuasaan dan umat Islam harus berjuang bertahan hidup dan mempertahankan tauhid mereka. Novel ini mengisahkan perjuangan Rammar Ibnu Baqar. Seorang hafidz Qur’an terakhir di Andalusia yang harus memecahkan teka-teki cincin sebuah nubuat   yang bisa menyelamatkan umat Islam dari penguasa Andalusia saat itu. Perjalanan yang sangat berat dihadapi dengan kehilangan orang-orang yang di cintai satu persatu. Tidak mudah mengahadapi musuh apalagi dia adalah orang yang pernah ada di dekat kita. Kisahnya se

MAJAPAHIT KERAJAAN AGRARIS DAN MARITIM

MAJAPAHIT KERAJAAN AGRARIS-MARITIM
(diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah Agraris Maritim)
Dosen Pengampu: Suparman Jasin, M.Ag,  Widiati Isana, M.Ag

Oleh:
Kelompok 3/SKI-4B
Iis Listari                   1145010061
Ikruma Azizah          1145010063
Iqbal Nopiyan           1145010067
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Wilayah agraria di Indonesia telah dimanfaatkan tidak hanya setelah Indonesia kedatangan penjajah yang berasal dari Eropa. akan tetapi wilayah agraria atau pertanian telah digunakan dan diolah sejak zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari bagaimana begitu banyaknya kerajaan di Indonesia yang silih berganti kekuasaannya untuk mempertahankan dan merebut wilayah-wilayah yang memang menjadi wilayah yang subur dan sangat cocok untuk dapat dijadukan lahan pertanian, hal ini mengundang ketertarikam dan kedatangan bangsa asing yang notabenenya juga menginginkan kekuasaan atas tanah Indonesia yang subur, untuk menjalankan program yang menjadi dasar kedatangan bangsa Barat untuk melakukan kolonialisme di dunia timur dengan alasan menjalankan misi 3G (Gold, Glory, dan Gospel).
Proses kolonialisasi berlangsung sampai lebih dari enam abad terjadi di Indonesia. Berbagai macam bangsa telah pernah menjamah Indonesia bahkan mencoba untuk menguasainya. Akan tetapi meskipun kolonialisme yang berlangsung di Indonesia memakan waktu sampai berabad-abad, kolonialisme yang terjadi ini tidak dapat menguasai Indonesia secara keseluruhan.
Selama periode panjang ini, datang bangsa-bangsa yang silih berganti ke Indonesia, salah satu bangsa yang datang selain daripada bangsa eropa adalah koloni Hindu yang berasal dari India. Pemukim koloni-koloni Hindu ini dikatakan berjalan damai dan tampaknya mereka mendapatkan pengaruh terutama lewat kawin campur dan karena peradaban mereka yang lebih tinggi.[1] Dengan datangnya koloni Hindu ke tanah Indonesia, pada


perkembangan selanjutnya penyebaran yang dilakukan tidak hanya sekedar mencari bahan makanan, akan tetapi juga mulai menyebarkan ajaran Hindu. Sehingga pada perkembangan selanjutnya akan terbentuk kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia.
Salah satu contoh dari kereajaan yang berkembang saat itu adalah kerajaan Majapahit, yang mana ini merupakan kerajaan dengan corak keagamaan Siwa-Buddha (Hindu dan Buddha).
1.2  Rumusan Masalah
1. Apa saja Wilayah Kekuasaan Majapahit?
2. Komoditi Apa Saja yang diperdagangkan Pada saat     Kekuasaan kerajaan majapahit?
1.3  Tujuan Masalah
1.      Untuk Mengetahui dan Memahami Wilayah Kekuasaan Majapahit
2.      Untuk Mengetahui dan Memahami Komoditi Yang Diperdagangkan Pada saat Kekuasaan Kerajaan Majapahit.
1.4  Pembatasan Masalah
Untuk membatasi agar isi dari makalah ini tidak melebar, maka pembahasan yang terkandung dalam isi makalh ini adalah sesuai dengan yang terdapat dalam rumusan masalah.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Wilayah Kekuasaan Majapahit.   
Kerajaan Majapahit[2] didirikan oleh Kertarajasa Jayawardana dalam tahun 1293 M, sebenarnya merupakan kelanjutan dari Singasari. Sebagaimana diketahui dari kitab Pararaton dan didukung oleh berita kakawin Nagarakertagama, pendiri Singasari adalah Ken Arok yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhattara Sang Amurwabhummi. Ken Arok adalah seorang anak desa, ibunya adalah petani yang bernama Ken Endok yang diperkosa oleh Dewa Brahma (sang pencipta) di ladang Lalateng, demikian menurut Pararaton memberikan legitimasi bahwa Ken Arok memang punya kelebihan sebagai anak dewa. Dengan demikian Ken Arok sebenarnya anak orang biasa yang karena kejadian-kejadian luar biasa ia dapat menjadi orang nomor satu di Tumapel dan akhirnya mendirikan Singasari menggantikan peranan raja-raja. Kediri yang sudah mulai pudar di awal abad ke-13. Raja-raja Singasari dan Majapahit sebenarnya anggota satu dinasti, yaitu Rajasawangsa, mereka mempunyai leluhur yang sama, yaitu Ranggah Rajasa alias Ken Arok. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya kerjaam Majapahit muncul menjadi kerajaan yang besar sampai dapat mengalahkan kerajaan Sriwijaya yang juga merupakan kerajaan yang besar.[3]
Sekitar 1400 Majapahit mencapai puncak kejayaan atau yang biasa disebut sebagai patriot Jawa. Menurut Nagarakertagama pupuh 13 dan 14, Majapahit mempunyai wilayah yang luas sekali, baik dikepulauan Nusantara maupun di Semenanjung Melayu. Pulau-pulau di sebelah timur pulau Jawa


yang paling Jawa yang paling jauh tersebut dalam pupuh 14/5 ialah deretan pulau Ambon atau Maluku, Seram, dan Timor; di Semenanung Melayu disebut nama-nama Langkasuka, Kelantan, Tringgano, Paka, Muara Dungun, Tumasik, Klang, Kedah, Jerai. Nama-nama ini masih dikenal hingga sekarang. hanya Langkasuka yang sekarnag telah tidak diketahui lagi.[4] Keadaan wilayah kerajaan Majaphit melebihi kekuasaan dari Negara Republik Indonesia pada saat ini, hanya Papua yang tidak termasuk. Dapat dikatakan juga bahwa batas ujung Timur dari kekuasaan wikayah Majapahit adalah Maluku.
Bukti-bukti adanya kerajaan Majapahit di daerah atau pulau yang tersebut dalam kedua pupuh itu tidak selalu diperoleh. Paling sedikit, pada zaman kerajaan Majapahit telah timbul angan-angan tentang adanya Negara kesatuan di wilayah Nusantara dan Semenanjung Melayu dibawah kekuasaan Majapahit.[5]
Pada pupuh 15/1, Prapanca menyebutkan pelbagai nama Negara di daratan Asia yang terletak di pantai, sebagai sahabat Negara Majapahit. Disebutkan juga daerah Syangka (Siam) dengan sebutan Ayodhyapura. Negara-negara sepanjang tepi pantai itu disebut Negara sahabat, bukan Negara jajahan. Berbeda dengan tempat di Semenanjung Melayu seperti Langkasuka, Klang, Keda dan Jerai. Nama belakang ini dinyatakan dengan tegas adalah daerah jajahan. Dimulai dengan kata sakawahan, artinya “bagaimanapun”. Boleh dikatakan bahwa seluru semenanjung pernah menjadi jajahan Negara Majapahit.
Mengenai nama Singhanagari yang dimaksud oleh Prapanca pasti bukan Singapura. Pada waktu itu namanya masih Tumasik. Sedangkan Tumasik sendiri disebutkan dalam pupuh 14/3 dengan jelas beserta letaknya: “Tumasik ri Sang Hyang Hujung”, artinya “Tumasik yang letaknya di ujung”. Mungkin sekali yang dimaksudkan Prapanca ialah salah satu Negara di India, yakni Kalingga.[6]
Letak daerah atau tempat yang disebut oleh Prapanca meneganai Semenanjung Melayu atau Hujung Medini. Lama Langkasuka sudah banyak dikenal dalam sejarah Sriwijaya berhubung dengan perjalanan pendeta I-tsing dari Kanton ke Sriwijaya. Langka adalah kerajaan lama di pantai timur Semenanjung, sekarang masuk wilayah Siam Selatan. Di Siam Selatan kita kenal nama Na-muang, letaknya di pantai timur. Kelantan adalah Kuala Kelantan, dengan kotanya sekarang Kota Bharu, terletak di Kuala sungai Kelantan. Kemudian daerah Muara Paka atau Kuala Paka. Paka letaknya di daerah Trengganu di Pantai timur, pada kuala sungai Paka.
Selanjutnya Prapanca menyebut Muara Dugun. Namanya sekarang Dungun atau Kuala Dungun; letaknya di Trengganu pada muara sungai Dungun. Kuala Dungun merupakan pelabuhan penting di pantai timur Malaya. Tumasik adalah pulau Singapura.
Bagaimanapun, wilayah kerajaan Majapahit luas sekali. Penyatuan Nusantara itu akibat usaha patih amangku bumi Gadjah Mada yang mengucapkan sumpah Nusantara pada tahun Saka 1258 atau tahun Masehi 1336.[7]
2.2 Komoditi Yang Diperdagangkan Pada saat Kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Adapun kerajaan Singasari sendiri berada di dataran tinggi Malang yang subur untuk sawah dan bercocok tanam palawija, sayur mayur, dan buah-buahan hingga dewasa ini. Dalam masa Majapahit jumlah negara daerah tersebut semakin banyak, menurut uraian Prasasti Waringin Pitu (1369 Saka/1447M) yang dikeluarkan oleh raja Wijayaparakramawarddhana (Dyah Kartawijaya) terdapat sekitar 14 negara daerah yang berada di wilayah inti Majapahit, yaitu Jawa bagian timur. Negara daerah zaman Majapahit tersebut adalah (1) Daha, (2)Jagaraga, (3) Kahuripan, (4) Tanjungpura, (5) Pajang, (6) Kembang Jenar, (7)Wengker, (8) Kabalan, (9) Tumapel, (10) Singapura, (11) Matahun, (12)Wirabhumi, (13) Keling, dan (14) Kalinggapura (Yamin 1962: 193-199).[8]
Pada masa Majapahit sudah terdapat negara daerah yang berada di daerah pantai utara Jawa bagian timur selain di pedalamannya juga. Hal itu menunjukan bahwa hubungan Majapahit dengan daerah-daerah lain di luar Jawa semakin berkembang, perhatian Majapahit pada daerah luar Jawa meningkat karena berbagai argumen internal atau pun eksternal. Perhatian ke luar Jawa itu tentunya merupakan aktivitas maritim dengan berbagai sistemnya.
Dalam hal kegiatan agraris penduduk Majapahit tetap melaksanakannya, walaupun menjelang keruntuhannya masyarakat Majapahit selalu terganggu oleh berbagai peperangan perebutan kekuasaan. Kedua aspek kehidupan itulah yang akan diperbincangkan lebih lanjut dalam kajian ini, karena Majapahit memang mempunyai bukti-bukti sebagai kerajaan agraris yang maritim, artinya Majapahit juga meluaskan cakrawala kekuasaannya tidak semata-mata di dalam Pulau Jawa, namun juga keluar Jawa.
Prajñaparamita di Candi Prajñaparamitapuri di Bhayanglango. Tahun 1363 Hayam Wuruk mengadakan perjalanan ke Simping (Sumberjati), meresmikan bangunan candi yang konon baru dipindahkan ke lokasi baru. Candi tersebut dibangun untuk memuliakan eyang Hayam Wuruk, yaitu Raden Wijaya (Krtarajasa Jayawarddhana).
Berdasarkan catatan musafir Cina bernama Ma Huan yang berkunjung ke Majapahit. Pada masa kerajaan Majapahit kemajuan dalam hal agraria ini terjadi dalam masa akhir pemerintahan Hayam Wuruk, dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat dan perekonomian Majapahit masa itu relatif maju. Dalam catatan Ma Huan dijelaskan bahwa komoditi hasil agraria dari Kerajaan Majapahit diantaranya,
1.      Panen padi 2 kali setahun, padinya kecil-kecil, berasnya berwarna putih.
2.      Buah jarak dan karapodang (kuning), tetapi tidak ada tanaman gandum.
3.      Kayu sepang, kayu cendana, intan, besi, buah pala, cabe merah panjang.
4.      Tempurung penyu baik yang masih mentah ataupun yang sudah dimasak.
Hasil Ternak pada Masa Kerajaan Majapahit adalah babi, kambing, sapi, kuda, ayam, itik, keledai dan angsa.
Hasil dari Buah-buahannya adalah bermacam-macam pisang, kelapa, tebu, delima, manggis, langsap, semangka, dan sebagainya.[9]
Penduduk di pantai utara di kota-kota pelabuhan seperti Gresik, Tuban, Surabaya, dan Canggu kebanyakan menjadi pedagang. Kota-kota pelabuhan tersebut banyak dikunjungi oleh pedagang asing yang berasal dari Arab, India, Asia Tenggara, dan Cina. Ma Huan memberitakan bahwa di kota-kota pelabuhan tersebut banyak orang Cina dan Arab menetap, penduduk anak negeri datang ke kota-kota tersebut untuk berdagang.
Para pedagang pribumi umumnya sangat kaya, mereka suka membeli batu-batu perhiasan yang bermutu, barang pecah belah dari porselin Cina dengan gambar bunga-bungaan berwarna hijau. Mereka juga membeli minyak wangi,kain sutra, katun yang baik dengan motif hiasan ataupun yang polos, mereka membayar dengan uang tembaga Majapahit, uang tembaga Cina dari dinasti apapun laku di kerajaan Majapahit (Groeneveldt 2009: 67-9).[10] kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang menduduki wilayah pulau Jawa yang subur sehingga wajar apabila kerajaan Majapahit menjadi kerajaan agraris yang besar.
Dalam berbagai sumber yang tersedia tentang Majapahit, dapat diketahui bahwa kerajaan tersebut memang merupakan kerajaan yang bertumpu kepada aktivitas pertanian. Banyak prasasti yang membicarakan tentang penetapan sima atau daerah perdikan, yaitu daerah yang dilarang dimasuki oleh para penikmat kekayaan raja (mangilala drwya haji) istilah yang ditujukan bagi para pejabat atau pegawai kerajaan yang dibayar oleh raja. Berdasarkan nama-nama jabatan para pegawai kerajaan saja dapat diketahui bahwa kerajaan-kerajaan Jawa Kuno sejak zaman Mataram di Jawa bagian tengah hingga era Majapahit di Jawa bagian timur adalah kerajaan agraris. Jabatan-jabatan seperti wilang thani (petugas sensus penduduk desa), air haji (penjaga mata air milik raja), pulung padi (pemungut pajak padi), pangalasan (petugas kehutanan), pawdus (petugas peternakan kambing), pakbo (petugas peternakan kerbau), papuyuh (penangkap burung buyuh), patangkalan (petugas pencacah tanam-tanaman penting), dan lain sebagainya, menunjukkan bahwa pejabat-pejabat tersebut banyak bergerak di bidang agraris. [11] Bagian Jawa yang lebih jauh mengirimkan lada dari Banten, garam dari Madura dan minyak kelapa dari Blambangan. Pulau-pulau lebih kecil menyediakan produk beragam, terutama cengkeh, fuli, dan pala dari Maluku, kayu cendana dari Kepulauan Sunda kecil, barang-barang dari kapas brasal dari Sumbawa dan Bali; Borneo menyediakan intan dari Kutai dan kan asin dari Banjarmasin;madu dan lilin lebah datang dari tempat-tempat jauh seperti Timor dan Palembang; cula badak dan gading dari Sumatera; timah dan tibal dari kedah dan perak dari daratan benua Asia, serta besi dari kepulauan Karimata.[12]
Dari wilayah lebih jauh orang Tiongkok  membawa porselen halus, batu giok dan sutra. kemudian kapal-kapal dari Arab yang jauh membawa kain muslim dan belacu dari India, serta batu pirus dan permata lain dari Persia. pada zaman ini, uang masih jarang di gunakan, maka sebagai alat pembayaran untuk melakukan aktifitas perdagangan ialah dengan menggunkan Beras yang kemudian di tukar dnegan suatu barang yang lain.
orang Jawa pada saat itu tidak hanya duduk di rumah menanti perdagaangan tiba atau berpuas diri dengan perdagangan eceran kecil, tapi mereka adalah “pembangun kapal penjalajah lautan dan pengoloni..” menguasai perdagangan seluruh kepulauan, dan bahkan Semenanjung Malaya dan Filipina.[13] Ketika orang Portugis pertama kali datang di Malaka mereka melihat satu koloni besar pedagang Jawa bahkan mencetak meriam sendiri, juga banyak tukang batu lain, seperti tukang batu, tukang bangunan, ada yang tinggal di desa khusus dibawah perlingungan raja atau sekelompok orang saja.
Salah satu ciri kehidupan sosial di Majapahit, penting di catat perbedaannya yang mencolok dnegna keadaan sesudahnya, adalah abhwa masyarakay hidup lebih besar daripada masa sebelum dan sesudahnya.[14]




BAB III
KESIMPULAN
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Kertarajasa Jayawardana dalam tahun 1293 M, sebenarnya merupakan kelanjutan dari Singasari. Asal muasal dari nama Majaphit itu berasal ketika orang Madura yang sedang bekerja di daerah Tarik di tepi sungai Brantas dekat pelabuhan Canggu merasa lapar, kemudian memetik dan memakan buah tersebut. Terasa pahit, lalu dipelehnya. Ynag memakna buah tersebut menjadi mabuk. Itulah sebabnya daerah Tarik itu kemudian disebut Majapahit atau daerah Wilwatika. Wilwa; buah maja; tikta: pahit.
Sekitar 1400 Majapahit mencapai puncak kejayaan atau yang biasa disebut sebagai patriot Jawa. Menurut Nagarakertagama pupuh 13 dan 14, Majapahit mempunyai wilayah yang luas sekali, baik dikepulauan Nusantara maupun di Semenanjung Melayu. Pulau-pulau di sebelah timur pulau Jawa yang paling Jawa yang paling jauh tersebut dalam pupuh 14/5 ialah deretan pulau Ambon atau Maluku, Seram, dan Timor; di Semenanung Melayu disebut nama-nama Langkasuka, Kelantan, Tringgano, Paka, Muara Dungun, Tumasik, Klang, Kedah, Jerai. Nama-nama ini masih dikenal hingga sekarang. hanya Langkasuka yang sekarnag telah tidak diketahui lagi.[15] Keadaan wilayah kerajaan Majaphit melebihi kekuasaan dari Negara Republik Indonesia pada saat ini, hanya Papua yang tidak termasuk. Dapat dikatakan juga bahwa batas ujung Timur dari kekuasaan wikayah Majapahit adalah Maluku.
Berdasarkan catatan musafir Cina bernama Ma Huan yang berkunjung ke Majapahit. Pada masa kerajaan Majapahit kemajuan dalam hal agraria ini terjadi dalam masa akhir pemerintahan Hayam Wuruk, dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat dan perekonomian Majapahit masa itu relatif maju. Dalam catatan Ma Huan dijelaskan bahwa komoditi hasil agraria dari Kerajaan Majapahit diantaranya,
1.         Panen padi 2 kali setahun, padinya kecil-kecil, berasnya berwarna putih.
2.         Buah jarak dan karapodang (kuning), tetapi tidak ada tanaman gandum.
3.         Kayu sepang, kayu cendana, intan, besi, buah pala, cabe merah panjang.
4.         Tempurung penyu baik yang masih mentah ataupun yang sudah dimasak.
Hasil Ternak pada Masa Kerajaan Majapahit adalah babi, kambing, sapi, kuda, ayam, itik, keledai dan angsa.
  



DAFTAR PUSTAKA

Slamet Muljana.Menuju Puncak Kejayaan.2005.Yogyakarta:LKiS Printing Cemerlang.
J.S. Furnivall.1967.Hindia Belada Studi tentang Ekonomi Majemuk.Jakarta;Freedom Institute.hlm.







[1]J.S. Furnivall.1967.Hindia Belada Studi tentang Ekonomi Majemuk.Jakarta;Freedom Institute.hlm.7
[2]Asal muasal dari nama Majaphit itu berasal ketika orang Madura yang sedang bekerja di daerah Tarik di tepi sungai Brantas dekat pelabuhan Canggu merasa lapar, kemudian memetik dan memakan buah tersebut. Terasa pahit, lalu dipelehnya. Ynag memakna buah tersebut menjadi mabuk. Itulah sebabnya daerah Tarik itu kemudian disebut Majapahit atau daerah Wilwatika. Wilwa; buah maja; tikta: pahit.
[3]Jawa-Hindu, dengan campuran agama Budha yang pada saat itu berada dibawah kekuasaan kerajaan Majapahit, pada saat itu pula yang menjadi Jawa-Brahma dan cukup kuat untuk mengalahkan Sriwijaya.
[4]Slamet Muljana.Menuju Puncak Kejayaan.2005.Yogyakarta:LKiS Printing Cemerlang.hlm.60
[5]Ibid
[6]Untuk jelasnya pupuh tersebut akan dikutip seperti dibawah:
Lwir ning nusa pra nusa pramuka sakahawat ksoni Malayu
Ning Jambi mwang Palembang karitan I tba len Dharmacraya tumut
Kandis Kahwas Manangkabwa ri Syak I Rkan Kampar mwang I pane
Kampe Harw athawe maodahiling I Tumihang Parliak mwang I Barat

Lwas lawan Samudra mwang i Lamuri Batan Lampung mwang I Barus
Yekadhinyang watk bhumi Malayu satanah kapwamath anut
Len tekang nupa Tanjungnagara ri Kapuhas lawan ri katingan
Sampit mwang Kupa Lingga mwang I Kuta Waringin Sambas mwang I Lawai

Kadangdangan i Landa len ri SamdangTirem tan kasha
Ri Sedu Buruneng ri Kalka Saludung ri Solot Pasir
Baritw I Sawaku muwah ri Tabalung ri Tunjung Kute
Lawan ri Malano makapramuka ta ri Tanjungpuri

Ikang sakawahan Pahang pramuka tang Hujungmedini
Ri Lengkasuka len ri Saimwang I Kalaten I Tringgano
Nacor Paka Muar Dungun ri Tumasik ri Sang Hyang Hujung
Kelang Keda Jere ri Kanjapiniran sanusapupul

Sawetan ikanang tanah Jawa muwah ya—warnnanen
Ri Bali makamukya Badahulu mwang I Lwa Gajah
Gurun makamuka Sukun ri Taliwnag ri Dompo Sapi
Ri sang Hyang Api Bhima Ceran I Hutan Kadalyapupul

Muwah tang i Gurun sanusa mangaran ri Lombok Mirah
Lawan tikang i  saksakadi nikalun kahajyan kabeh
Muwah tanah i Bantayan pramuka Bantayan len Luwuk
Tkeng Udamakatrayadhi nikanang  sanupupul

Ikang sakanusanusa Makasar Butun Bangawi
Kunir Galiyao mwang I Salaya Sumba Solot Muar
Muwah tikang i Wandan Ambwan athawa Maloko Wwanin
Ri Seran i Timur makadi ning angeka nusatutur

Nahan lwir ning decantara kacaya de Cri narapati
Turun tang Syangkayodyapura kimutang Dharmmanagari
Marutma mwang ring rajapura nguniweh Singhanagari
Ri Campa Kambojanyat i yamana mitreka santata.
[7]Ibid.hlm.70
[10] ibid.
[11] ibid
[12] op.cit.hlm.9
[13] Op.cit.hlm.10
[14] J.S. Furnivall.1967.Hindia Belada Studi tentang Ekonomi Majemuk.Jakarta;Freedom Institute.hlm. 10
[15]Slamet Muljana.Menuju Puncak Kejayaan.2005.Yogyakarta:LKiS Printing Cemerlang.hlm.60

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi novel TENTANG KAMU Tere LIye

Judul               : Tentang Kamu Penulis             : Tere Liye Tebal               : vi+524 halaman Penerbit           : Republika Tahun Terbit    : 2017 Cetakan           : ke-7             Tere Liye merupakan seorang novelis terkenal di Indonesia, novel yang diterbitkan selalu menjadi best seller dan tidak mengecewakan. Novel Tentang Kamu salah satu novel tere liye dari 28 karyanya yang juga best seller, sayangnya, walaupun novel-novelnya best seller Tere Liye memberhentikan penerbitannya karena pajak penulis yang tinggi, tapi tenang bagi penikmat tulisan-tulisan Tere Liye kita masih bisa mendapatkannya lewat e-book.             Novel Tentang kamu menceritakan seorang  pengacara asal Indonesia yang bekerja di Thompson & Co bernama Zaman yang kemudian mendapatkan tugas untuk mencari ahli waris dari seorang perempuan bernama Sri Ningsih yang memiliki jumlah warisan yang sangat banyak. Untuk menyelesaikan kasus ini zaman harus menelusuri kehidupan Sri Ningsih

Resensi Buku "RENTANG KISAH" Gita Savitri Devi

Judul Buku      : Rentang Kisah Penulis             : Gita Savitri Devi Tebal Buku      : 207 Penerbit           : Gagas Media Tahun Terbit    : 2017 Gita Savitri Devi adalah seorang vloger yang banyak diidolakan oleh remaja Indonesia karena isi vlognya yang banyak menginspirasi, keluesannya berbicara di depan kamera dan juga karena konten-kontennya yang banyak mengkritik keadaan Indonesia menjadikannya mendapatkan tempat dihati masyarakat. Seorang lulusan Kimia Murni di Freie Universitat Berlin ini merasa risih melihat aktivitas media sosial pemuda Indonesia yang isinya kurang berfaedah, dia berusaha merubah hal tersebut dengan menjadikan media sosial untuk hal-hal yang positif. Selain aktif sebagai youtuber Gita yang masih betah tinggal di Jerman ini juga aktif menulis di blog. Buku Rentang Kisah adalah buku pertamanya, buku ini menceritakan perjalanan hidupnya dari mulai SMA hingga sekarang. Diawal bab, diceritakan bagaimana Gita di SMA dan juga hubungannya dengan s

Resensi Buku SECANGKIR KOPI JON PAKIR - Emha Ainun Nadjib

Judul               : Secangkir Kopi Jon Pakir Penulis             : Emha Ainun Nadjib Tebal               : 348 halaman Penerbit           : PT Mizan Pustaka Tahun Terbit    : 2016 Cetakan           : ke- 2 Buku Secangkir Kopi Jon Pakir jika dibaca sekilas kata Pakir ini seperti kata Parkir alhasil aku pertamanya berpikir kalau buku ini menceritakan tentang si Jon yang mungkin seorang tukang parkir. Namun setelah membaca isinya, ternyata nama pakir itu berasal dari bahasa arab yaitu Fakir yang menyesuaikan lidah orang Jawa. Buku ini merupakan buku yang dicetak ulang, cetakan pertamanya yaitu pada tahun 1992. Buku ini menceritakan kondisi sosial masyarakat pada masa itu yang dikemas dengan apik oleh Cak Nun (sapaan untuk Emha Ainun Nadjib). Dalam buku ini Cak Nun menamai dirinya sebagai Jon Pakir yang mengkritisi peristiwa yang terjadi disekitarnya. Secangkir Kopi yang disajikan disini bukanlah berupa air kopi tapi merupakan hidangan yang sangat bergizi untuk otak