Judul : Sangakala di Langit Andalusia Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra Tebal : xii+472 hlm Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2 022 Cetakan : ke- 1 Membaca novel ini membawa kita untuk kembali mengingat masa keruntuhan kerajaan Islam di Andalusia atau Spanyol. Penyampaian kalimat demi kalimatnya membuat kita merasakan bagaimana bergejolaknya suasana saat itu. Saat Andalusia beralih kekuasaan dan umat Islam harus berjuang bertahan hidup dan mempertahankan tauhid mereka. Novel ini mengisahkan perjuangan Rammar Ibnu Baqar. Seorang hafidz Qur’an terakhir di Andalusia yang harus memecahkan teka-teki cincin sebuah nubuat yang bisa menyelamatkan umat Islam dari penguasa Andalusia saat itu. Perjalanan yang sangat berat dihadapi dengan kehilangan orang-orang yang di cintai satu persatu. Tidak mudah mengahadapi musuh apalagi dia adalah orang yang pernah ada di dekat kita. Kisahnya se
MAJAPAHIT KERAJAAN AGRARIS-MARITIM
(diajukan untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Sejarah Agraris Maritim)
Dosen Pengampu: Suparman Jasin, M.Ag, Widiati Isana, M.Ag
Oleh:
Kelompok 3/SKI-4B
Iis Listari 1145010061
Ikruma Azizah 1145010063
Iqbal Nopiyan 1145010067
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Wilayah
agraria di Indonesia telah dimanfaatkan tidak hanya setelah Indonesia
kedatangan penjajah yang berasal dari Eropa. akan tetapi wilayah agraria atau
pertanian telah digunakan dan diolah sejak zaman kerajaan-kerajaan di
Indonesia.
Hal
ini dapat dilihat dari bagaimana begitu banyaknya kerajaan di Indonesia yang
silih berganti kekuasaannya untuk mempertahankan dan merebut wilayah-wilayah
yang memang menjadi wilayah yang subur dan sangat cocok untuk dapat dijadukan
lahan pertanian, hal ini mengundang ketertarikam dan kedatangan bangsa asing
yang notabenenya juga menginginkan kekuasaan atas tanah Indonesia yang subur,
untuk menjalankan program yang menjadi dasar kedatangan bangsa Barat untuk
melakukan kolonialisme di dunia timur dengan alasan menjalankan misi 3G (Gold,
Glory, dan Gospel).
Proses
kolonialisasi berlangsung sampai lebih dari enam abad terjadi di Indonesia.
Berbagai macam bangsa telah pernah menjamah Indonesia bahkan mencoba untuk
menguasainya. Akan tetapi meskipun kolonialisme yang berlangsung di Indonesia
memakan waktu sampai berabad-abad, kolonialisme yang terjadi ini tidak dapat
menguasai Indonesia secara keseluruhan.
Selama periode panjang ini, datang bangsa-bangsa yang
silih berganti ke Indonesia, salah satu bangsa yang datang selain daripada
bangsa eropa adalah koloni Hindu yang berasal dari India. Pemukim koloni-koloni
Hindu ini dikatakan berjalan damai dan tampaknya mereka mendapatkan pengaruh
terutama lewat kawin campur dan karena peradaban mereka yang lebih tinggi.[1]
Dengan datangnya koloni Hindu ke tanah Indonesia, pada
perkembangan selanjutnya penyebaran yang dilakukan
tidak hanya sekedar mencari bahan makanan, akan tetapi juga mulai menyebarkan
ajaran Hindu. Sehingga pada perkembangan selanjutnya akan terbentuk
kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia.
Salah satu contoh dari kereajaan yang berkembang saat
itu adalah kerajaan Majapahit, yang mana ini merupakan kerajaan dengan corak
keagamaan Siwa-Buddha (Hindu dan Buddha).
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa saja
Wilayah Kekuasaan Majapahit?
2. Komoditi Apa
Saja yang diperdagangkan Pada saat
Kekuasaan kerajaan majapahit?
1.3
Tujuan Masalah
1.
Untuk Mengetahui dan Memahami Wilayah Kekuasaan Majapahit
2.
Untuk Mengetahui dan Memahami Komoditi Yang Diperdagangkan Pada
saat Kekuasaan Kerajaan Majapahit.
1.4
Pembatasan Masalah
Untuk
membatasi agar isi dari makalah ini tidak melebar, maka pembahasan yang
terkandung dalam isi makalh ini adalah sesuai dengan yang terdapat dalam
rumusan masalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Wilayah
Kekuasaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit[2] didirikan
oleh Kertarajasa Jayawardana dalam tahun 1293 M, sebenarnya merupakan
kelanjutan dari Singasari. Sebagaimana diketahui dari kitab Pararaton dan
didukung oleh berita kakawin Nagarakertagama, pendiri Singasari adalah Ken Arok
yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhattara Sang Amurwabhummi. Ken Arok adalah
seorang anak desa, ibunya adalah petani yang bernama Ken Endok yang diperkosa
oleh Dewa Brahma (sang pencipta) di ladang Lalateng, demikian menurut Pararaton
memberikan legitimasi bahwa Ken Arok memang punya kelebihan sebagai anak dewa.
Dengan demikian Ken Arok sebenarnya anak orang biasa yang karena
kejadian-kejadian luar biasa ia dapat menjadi orang nomor satu di Tumapel dan
akhirnya mendirikan Singasari menggantikan peranan raja-raja. Kediri yang sudah
mulai pudar di awal abad ke-13. Raja-raja Singasari dan Majapahit sebenarnya
anggota satu dinasti, yaitu Rajasawangsa, mereka mempunyai leluhur yang sama,
yaitu Ranggah Rajasa alias Ken Arok. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya
kerjaam Majapahit muncul menjadi kerajaan yang besar sampai dapat mengalahkan
kerajaan Sriwijaya yang juga merupakan kerajaan yang besar.[3]
Sekitar 1400 Majapahit mencapai puncak kejayaan
atau yang biasa disebut sebagai patriot Jawa. Menurut Nagarakertagama pupuh 13
dan 14, Majapahit mempunyai wilayah yang luas sekali, baik dikepulauan
Nusantara maupun di Semenanjung Melayu. Pulau-pulau di sebelah timur pulau Jawa
yang paling Jawa yang paling jauh tersebut dalam
pupuh 14/5 ialah deretan pulau Ambon atau Maluku, Seram, dan Timor; di
Semenanung Melayu disebut nama-nama Langkasuka, Kelantan, Tringgano, Paka, Muara
Dungun, Tumasik, Klang, Kedah, Jerai. Nama-nama ini masih dikenal hingga
sekarang. hanya Langkasuka yang sekarnag telah tidak diketahui lagi.[4]
Keadaan wilayah kerajaan Majaphit melebihi kekuasaan dari Negara Republik
Indonesia pada saat ini, hanya Papua yang tidak termasuk. Dapat dikatakan juga
bahwa batas ujung Timur dari kekuasaan wikayah Majapahit adalah Maluku.
Bukti-bukti adanya kerajaan Majapahit di daerah
atau pulau yang tersebut dalam kedua pupuh itu tidak selalu diperoleh. Paling
sedikit, pada zaman kerajaan Majapahit telah timbul angan-angan tentang adanya
Negara kesatuan di wilayah Nusantara dan Semenanjung Melayu dibawah kekuasaan
Majapahit.[5]
Pada pupuh 15/1, Prapanca menyebutkan pelbagai
nama Negara di daratan Asia yang terletak di pantai, sebagai sahabat Negara
Majapahit. Disebutkan juga daerah Syangka (Siam) dengan sebutan Ayodhyapura.
Negara-negara sepanjang tepi pantai itu disebut Negara sahabat, bukan Negara
jajahan. Berbeda dengan tempat di Semenanjung Melayu seperti Langkasuka, Klang,
Keda dan Jerai. Nama belakang ini dinyatakan dengan tegas adalah daerah
jajahan. Dimulai dengan kata sakawahan, artinya “bagaimanapun”. Boleh dikatakan
bahwa seluru semenanjung pernah menjadi jajahan Negara Majapahit.
Mengenai nama Singhanagari yang dimaksud oleh
Prapanca pasti bukan Singapura. Pada waktu itu namanya masih Tumasik. Sedangkan
Tumasik sendiri disebutkan dalam pupuh 14/3 dengan jelas beserta letaknya:
“Tumasik ri Sang Hyang Hujung”, artinya “Tumasik yang letaknya di ujung”.
Mungkin sekali yang dimaksudkan Prapanca ialah salah satu Negara di India,
yakni Kalingga.[6]
Letak daerah atau tempat yang disebut oleh
Prapanca meneganai Semenanjung Melayu atau Hujung Medini. Lama Langkasuka sudah
banyak dikenal dalam sejarah Sriwijaya berhubung dengan perjalanan pendeta
I-tsing dari Kanton ke Sriwijaya. Langka adalah kerajaan lama di pantai timur
Semenanjung, sekarang masuk wilayah Siam Selatan. Di Siam Selatan kita kenal
nama Na-muang, letaknya di pantai timur. Kelantan adalah Kuala Kelantan, dengan
kotanya sekarang Kota Bharu, terletak di Kuala sungai Kelantan. Kemudian daerah
Muara Paka atau Kuala Paka. Paka letaknya di daerah Trengganu di Pantai timur,
pada kuala sungai Paka.
Selanjutnya Prapanca menyebut Muara Dugun.
Namanya sekarang Dungun atau Kuala Dungun; letaknya di Trengganu pada muara
sungai Dungun. Kuala Dungun merupakan pelabuhan penting di pantai timur Malaya.
Tumasik adalah pulau Singapura.
Bagaimanapun, wilayah kerajaan Majapahit luas
sekali. Penyatuan Nusantara itu akibat usaha patih amangku bumi Gadjah Mada
yang mengucapkan sumpah Nusantara pada tahun Saka 1258 atau tahun Masehi 1336.[7]
2.2 Komoditi
Yang Diperdagangkan Pada saat Kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Adapun kerajaan Singasari sendiri
berada di dataran tinggi Malang yang subur untuk sawah dan bercocok tanam
palawija, sayur mayur, dan buah-buahan hingga dewasa ini. Dalam masa Majapahit
jumlah negara daerah tersebut semakin banyak, menurut uraian Prasasti Waringin
Pitu (1369 Saka/1447M) yang dikeluarkan oleh raja Wijayaparakramawarddhana
(Dyah Kartawijaya) terdapat sekitar 14 negara daerah yang berada di wilayah
inti Majapahit, yaitu Jawa bagian timur. Negara daerah zaman Majapahit tersebut
adalah (1) Daha, (2)Jagaraga, (3) Kahuripan, (4) Tanjungpura, (5) Pajang, (6)
Kembang Jenar, (7)Wengker, (8) Kabalan, (9) Tumapel, (10) Singapura, (11)
Matahun, (12)Wirabhumi, (13) Keling, dan (14) Kalinggapura (Yamin 1962:
193-199).[8]
Pada masa Majapahit sudah terdapat negara daerah yang berada di daerah
pantai utara Jawa bagian timur selain di pedalamannya juga. Hal itu menunjukan
bahwa hubungan Majapahit dengan daerah-daerah lain di luar Jawa semakin
berkembang, perhatian Majapahit pada daerah luar Jawa meningkat karena berbagai
argumen internal atau pun eksternal. Perhatian ke luar Jawa itu tentunya
merupakan aktivitas maritim dengan berbagai sistemnya.
Dalam hal kegiatan agraris penduduk Majapahit tetap melaksanakannya,
walaupun menjelang keruntuhannya masyarakat Majapahit selalu terganggu oleh
berbagai peperangan perebutan kekuasaan. Kedua aspek kehidupan itulah yang akan
diperbincangkan lebih lanjut dalam kajian ini, karena Majapahit memang
mempunyai bukti-bukti sebagai kerajaan agraris yang maritim, artinya Majapahit
juga meluaskan cakrawala kekuasaannya tidak semata-mata di dalam Pulau Jawa,
namun juga keluar Jawa.
Prajñaparamita di Candi Prajñaparamitapuri di Bhayanglango. Tahun 1363
Hayam Wuruk mengadakan perjalanan ke Simping (Sumberjati), meresmikan bangunan
candi yang konon baru dipindahkan ke lokasi baru. Candi tersebut dibangun untuk
memuliakan eyang Hayam Wuruk, yaitu Raden Wijaya (Krtarajasa Jayawarddhana).
Berdasarkan catatan musafir Cina bernama Ma Huan yang berkunjung ke
Majapahit. Pada masa kerajaan Majapahit kemajuan dalam hal agraria ini terjadi
dalam masa akhir pemerintahan Hayam Wuruk, dapat diketahui bahwa kehidupan
masyarakat dan perekonomian Majapahit masa itu relatif maju. Dalam catatan Ma
Huan dijelaskan bahwa komoditi hasil agraria dari Kerajaan Majapahit
diantaranya,
1. Panen padi 2 kali setahun, padinya kecil-kecil, berasnya berwarna putih.
2. Buah jarak dan karapodang (kuning), tetapi tidak ada tanaman gandum.
3. Kayu sepang, kayu cendana, intan, besi, buah pala, cabe merah panjang.
4. Tempurung penyu baik yang masih mentah ataupun yang sudah dimasak.
Hasil Ternak pada Masa
Kerajaan Majapahit adalah babi, kambing, sapi, kuda, ayam, itik, keledai dan
angsa.
Hasil dari Buah-buahannya
adalah bermacam-macam pisang, kelapa, tebu, delima, manggis, langsap, semangka,
dan sebagainya.[9]
Penduduk di pantai utara di kota-kota pelabuhan seperti Gresik, Tuban,
Surabaya, dan Canggu kebanyakan menjadi pedagang. Kota-kota pelabuhan tersebut
banyak dikunjungi oleh pedagang asing yang berasal dari Arab, India, Asia
Tenggara, dan Cina. Ma Huan memberitakan bahwa di kota-kota pelabuhan tersebut
banyak orang Cina dan Arab menetap, penduduk anak negeri datang ke kota-kota
tersebut untuk berdagang.
Para pedagang pribumi umumnya sangat kaya, mereka suka membeli batu-batu
perhiasan yang bermutu, barang pecah belah dari porselin Cina dengan gambar
bunga-bungaan berwarna hijau. Mereka juga membeli minyak wangi,kain sutra,
katun yang baik dengan motif hiasan ataupun yang polos, mereka membayar dengan
uang tembaga Majapahit, uang tembaga Cina dari dinasti apapun laku di kerajaan
Majapahit (Groeneveldt 2009: 67-9).[10]
kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang menduduki wilayah pulau Jawa yang
subur sehingga wajar apabila kerajaan Majapahit menjadi kerajaan agraris yang
besar.
Dalam berbagai sumber yang tersedia tentang Majapahit,
dapat diketahui bahwa kerajaan tersebut memang merupakan kerajaan yang bertumpu
kepada aktivitas pertanian. Banyak prasasti yang membicarakan tentang penetapan
sima atau daerah perdikan, yaitu daerah yang dilarang dimasuki oleh para
penikmat kekayaan raja (mangilala drwya haji) istilah yang ditujukan bagi para
pejabat atau pegawai kerajaan yang dibayar oleh raja. Berdasarkan nama-nama
jabatan para pegawai kerajaan saja dapat diketahui bahwa kerajaan-kerajaan Jawa
Kuno sejak zaman Mataram di Jawa bagian tengah hingga era Majapahit di Jawa
bagian timur adalah kerajaan agraris. Jabatan-jabatan seperti wilang thani
(petugas sensus penduduk desa), air haji (penjaga mata air milik raja), pulung
padi (pemungut pajak padi), pangalasan (petugas kehutanan), pawdus (petugas
peternakan kambing), pakbo (petugas peternakan kerbau), papuyuh (penangkap
burung buyuh), patangkalan (petugas pencacah tanam-tanaman penting), dan lain
sebagainya, menunjukkan bahwa pejabat-pejabat tersebut banyak bergerak di
bidang agraris. [11]
Bagian Jawa yang lebih jauh mengirimkan lada dari Banten, garam dari Madura dan
minyak kelapa dari Blambangan. Pulau-pulau lebih kecil menyediakan produk
beragam, terutama cengkeh, fuli, dan pala dari Maluku, kayu cendana dari
Kepulauan Sunda kecil, barang-barang dari kapas brasal dari Sumbawa dan Bali;
Borneo menyediakan intan dari Kutai dan kan asin dari Banjarmasin;madu dan
lilin lebah datang dari tempat-tempat jauh seperti Timor dan Palembang; cula
badak dan gading dari Sumatera; timah dan tibal dari kedah dan perak dari
daratan benua Asia, serta besi dari kepulauan Karimata.[12]
Dari wilayah lebih jauh orang Tiongkok membawa porselen halus, batu giok dan sutra.
kemudian kapal-kapal dari Arab yang jauh membawa kain muslim dan belacu dari
India, serta batu pirus dan permata lain dari Persia. pada zaman ini, uang
masih jarang di gunakan, maka sebagai alat pembayaran untuk melakukan aktifitas
perdagangan ialah dengan menggunkan Beras yang kemudian di tukar dnegan suatu
barang yang lain.
orang Jawa pada saat itu tidak hanya duduk di rumah
menanti perdagaangan tiba atau berpuas diri dengan perdagangan eceran kecil,
tapi mereka adalah “pembangun kapal penjalajah lautan dan pengoloni..”
menguasai perdagangan seluruh kepulauan, dan bahkan Semenanjung Malaya dan
Filipina.[13]
Ketika orang Portugis pertama kali datang di Malaka mereka melihat satu koloni
besar pedagang Jawa bahkan mencetak meriam sendiri, juga banyak tukang batu
lain, seperti tukang batu, tukang bangunan, ada yang tinggal di desa khusus
dibawah perlingungan raja atau sekelompok orang saja.
Salah satu ciri kehidupan sosial di Majapahit, penting
di catat perbedaannya yang mencolok dnegna keadaan sesudahnya, adalah abhwa
masyarakay hidup lebih besar daripada masa sebelum dan sesudahnya.[14]
BAB III
KESIMPULAN
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Kertarajasa
Jayawardana dalam tahun 1293 M, sebenarnya merupakan kelanjutan dari Singasari.
Asal muasal dari nama Majaphit itu berasal ketika orang Madura yang sedang
bekerja di daerah Tarik di tepi sungai Brantas dekat pelabuhan Canggu merasa
lapar, kemudian memetik dan memakan buah tersebut. Terasa pahit, lalu dipelehnya. Ynag memakna buah tersebut menjadi mabuk.
Itulah sebabnya daerah Tarik itu kemudian disebut Majapahit atau daerah
Wilwatika. Wilwa; buah maja; tikta: pahit.
Sekitar 1400 Majapahit mencapai puncak kejayaan
atau yang biasa disebut sebagai patriot Jawa. Menurut Nagarakertagama pupuh 13
dan 14, Majapahit mempunyai wilayah yang luas sekali, baik dikepulauan
Nusantara maupun di Semenanjung Melayu. Pulau-pulau di sebelah timur pulau Jawa
yang paling Jawa yang paling jauh tersebut dalam pupuh 14/5 ialah deretan pulau
Ambon atau Maluku, Seram, dan Timor; di Semenanung Melayu disebut nama-nama
Langkasuka, Kelantan, Tringgano, Paka, Muara Dungun, Tumasik, Klang, Kedah,
Jerai. Nama-nama ini masih dikenal hingga sekarang. hanya Langkasuka yang
sekarnag telah tidak diketahui lagi.[15]
Keadaan wilayah kerajaan Majaphit melebihi kekuasaan dari Negara Republik
Indonesia pada saat ini, hanya Papua yang tidak termasuk. Dapat dikatakan juga
bahwa batas ujung Timur dari kekuasaan wikayah Majapahit adalah Maluku.
Berdasarkan catatan musafir Cina bernama Ma Huan yang berkunjung ke
Majapahit. Pada masa kerajaan Majapahit kemajuan dalam hal agraria ini terjadi
dalam masa akhir pemerintahan Hayam Wuruk, dapat diketahui bahwa kehidupan
masyarakat dan perekonomian Majapahit masa itu relatif maju. Dalam catatan Ma
Huan dijelaskan bahwa komoditi hasil agraria dari Kerajaan Majapahit
diantaranya,
1.
Panen padi 2 kali
setahun, padinya kecil-kecil, berasnya berwarna putih.
2.
Buah jarak dan
karapodang (kuning), tetapi tidak ada tanaman gandum.
3.
Kayu sepang, kayu
cendana, intan, besi, buah pala, cabe merah panjang.
4.
Tempurung penyu baik
yang masih mentah ataupun yang sudah dimasak.
Hasil Ternak pada Masa
Kerajaan Majapahit adalah babi, kambing, sapi, kuda, ayam, itik, keledai dan
angsa.
DAFTAR PUSTAKA
Slamet Muljana.Menuju Puncak
Kejayaan.2005.Yogyakarta:LKiS Printing Cemerlang.
J.S. Furnivall.1967.Hindia Belada Studi tentang
Ekonomi Majemuk.Jakarta;Freedom Institute.hlm.
https://hurahura.wordpress.com/2011/01/12/majapahit-kerajaan-agrariss-maritim-di-nusantara (diakses pada 29 Februari 2016)
[2]Asal muasal dari nama Majaphit itu berasal ketika
orang Madura yang sedang bekerja di daerah Tarik di tepi sungai Brantas dekat
pelabuhan Canggu merasa lapar, kemudian memetik dan memakan buah tersebut.
Terasa pahit, lalu dipelehnya. Ynag memakna buah tersebut menjadi mabuk. Itulah
sebabnya daerah Tarik itu kemudian disebut Majapahit atau daerah Wilwatika. Wilwa;
buah maja; tikta: pahit.
[3]Jawa-Hindu, dengan campuran agama Budha yang pada saat
itu berada dibawah kekuasaan kerajaan Majapahit, pada saat itu pula yang
menjadi Jawa-Brahma dan cukup kuat untuk mengalahkan Sriwijaya.
[4]Slamet Muljana.Menuju Puncak
Kejayaan.2005.Yogyakarta:LKiS Printing Cemerlang.hlm.60
[5]Ibid
[6]Untuk jelasnya pupuh tersebut akan dikutip
seperti dibawah:
Lwir ning nusa
pra nusa pramuka sakahawat ksoni Malayu
Ning Jambi mwang
Palembang karitan I tba len Dharmacraya tumut
Kandis Kahwas
Manangkabwa ri Syak I Rkan Kampar mwang I pane
Kampe Harw
athawe maodahiling I Tumihang Parliak mwang I Barat
Lwas lawan
Samudra mwang i Lamuri Batan Lampung mwang I Barus
Yekadhinyang
watk bhumi Malayu satanah kapwamath anut
Len tekang nupa
Tanjungnagara ri Kapuhas lawan ri katingan
Sampit mwang
Kupa Lingga mwang I Kuta Waringin Sambas mwang I Lawai
Kadangdangan i
Landa len ri SamdangTirem tan kasha
Ri Sedu Buruneng
ri Kalka Saludung ri Solot Pasir
Baritw I Sawaku
muwah ri Tabalung ri Tunjung Kute
Lawan ri Malano
makapramuka ta ri Tanjungpuri
Ikang sakawahan
Pahang pramuka tang Hujungmedini
Ri Lengkasuka
len ri Saimwang I Kalaten I Tringgano
Nacor Paka Muar
Dungun ri Tumasik ri Sang Hyang Hujung
Kelang Keda Jere
ri Kanjapiniran sanusapupul
Sawetan ikanang
tanah Jawa muwah ya—warnnanen
Ri Bali
makamukya Badahulu mwang I Lwa Gajah
Gurun makamuka
Sukun ri Taliwnag ri Dompo Sapi
Ri sang Hyang
Api Bhima Ceran I Hutan Kadalyapupul
Muwah tang i
Gurun sanusa mangaran ri Lombok Mirah
Lawan tikang
i saksakadi nikalun kahajyan kabeh
Muwah tanah i
Bantayan pramuka Bantayan len Luwuk
Tkeng
Udamakatrayadhi nikanang sanupupul
Ikang
sakanusanusa Makasar Butun Bangawi
Kunir Galiyao
mwang I Salaya Sumba Solot Muar
Muwah tikang i
Wandan Ambwan athawa Maloko Wwanin
Ri Seran i Timur
makadi ning angeka nusatutur
Nahan lwir ning
decantara kacaya de Cri narapati
Turun tang
Syangkayodyapura kimutang Dharmmanagari
Marutma mwang
ring rajapura nguniweh Singhanagari
Ri Campa
Kambojanyat i yamana mitreka santata.
[7]Ibid.hlm.70
[8] https://hurahura.wordpress.com/2011/01/12/majapahit-kerajaan-agrariss-maritim-di-nusantara (diakses pada 29 Februari 2016)
[9] https://hurahura.wordpress.com/2011/01/12/majapahit-kerajaan-agrariss-maritim-di-nusantara (diakses pada 29 Februari 2016)
[10] ibid.
[11] ibid
[12] op.cit.hlm.9
[13] Op.cit.hlm.10
[14] J.S. Furnivall.1967.Hindia Belada Studi
tentang Ekonomi Majemuk.Jakarta;Freedom Institute.hlm. 10
[15]Slamet Muljana.Menuju Puncak
Kejayaan.2005.Yogyakarta:LKiS Printing Cemerlang.hlm.60
Komentar
Posting Komentar