Judul : Sangakala di Langit Andalusia Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra Tebal : xii+472 hlm Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2 022 Cetakan : ke- 1 Membaca novel ini membawa kita untuk kembali mengingat masa keruntuhan kerajaan Islam di Andalusia atau Spanyol. Penyampaian kalimat demi kalimatnya membuat kita merasakan bagaimana bergejolaknya suasana saat itu. Saat Andalusia beralih kekuasaan dan umat Islam harus berjuang bertahan hidup dan mempertahankan tauhid mereka. Novel ini mengisahkan perjuangan Rammar Ibnu Baqar. Seorang hafidz Qur’an terakhir di Andalusia yang harus memecahkan teka-teki cincin sebuah nubuat yang bisa menyelamatkan umat Islam dari penguasa Andalusia saat itu. Perjalanan yang sangat berat dihadapi dengan kehilangan orang-orang yang di cintai satu persatu. Tidak mudah mengahadapi musuh apalagi dia adalah orang yang pernah ada di dekat kita. Kisahnya se
Tanggal 12
November kemarin kan hari Ayah, disini aku mau menceritakan bagaimana sosok
Ayah dalam hidup aku, mungkin Ayah memang tak seterkenal sosok Ibu walaupun
sebenarnya perjuangan mereka sama hanya mungkin caranya saja yang berbeda,
biasanya kebanyakan Ayah memliki cara yang tak terlihat oleh kita. Memang orang
yang perlu kita hormati pertama itu menurut Nabi SAW adalah seorang ibu seperti
disebutkan dalam hadits, bahwa seorang sahabat Nabi bertanya “ siapakah yang
paling berhak saya pelakukan dengan baik?”, kemudian Nabi menjawab “Ibumu”
kemudian sahabat tersebut betanya hal yang sama kemudian nabi menjawab “Ibumu”
sampai yang ketiga kali dan jawab ke empat baru “Ayahmu”. Namun, keduanya adalah sosok yang sangat
penting dalam hidup kita.
Perjuangan
seorang Ayah demi anaknya tidak kalah luar biasa dengan seorang Ibu. Ayahku
mungkin bukanlah seorang raja yang dapat menjamin keamanan kehidupan anaknya
tapi bagiku dia adalah raja dihatiku yang selalu berusaha memberikan yang
terbaik bagi anaknya. Mencari nafkah banting tulang demi kehidupan keluarganya.
Dia sungguh sosok yang sangat tangguh.
Ayahku
sekarang berada di Ternate, Maluku Utara, sementara keluarganya berada di Jawa
Tengah. Sedang apa disana? Tentu sedang mencari nafkah untuk keluarganya besama
ayah-ayah yang lainnya. Pulang kampung setahun sekali dan mungkin waktunya
lebih banyak dihabiskan di perantauan daripada di kampungnya. Ternate bukanlah
kota perantauan ayahku satu-satunya, sebelum mencari nafkah di Ternate, ada
kota-kota lain yang pernah menjadi tempat perantauannya. Seperti, di Bekasi,
Cirebon, Sumbawa, Atambua, Palu, kota-kota itu yang aku tahu selama ini.
Dari kecil aku
memang sudah terbiasa ditinggalkan jauh oleh Ayahku, walaupun begitu aku lebih
dekat dengan Ayah daripada Ibuku sendiri. Aku bisa merasakan bagaimana
perasaannya ketika merindukan keluarganya walaupun mungkin yang Ayah rasakan
lebih dari yang aku rasakan. Sekarang sudah enak jika rindu bisa langsung
telpon atau videocall, zaman aku kecil aku ingat sekali ketika alat komunikasi
belumlah secanggih sekarang, kita hanya bisa berkirim kabar lewat surat dan
pengirimannya pun memakan waktu yang lama. Pernah ketika surat Ayah dibacakan,
ayah menceritakan kalau dia berdagang melewati tempat bekas perang Ambon dulu,
disitu aku menangis tersedu-sedu gak bisa ditenangin, bukan karena aku takut
karena Ayah berdagang melewati tempat bekas perang tapi waktu itu aku sangat
merindukan Ayah, aku masih kecil waktu itu mungkin belum masuk SD pun. Biasanya
Ayah ngirim surat juga sekalian mengirim uang, karena waktu itu Bank belum
terlalu ramai seperti sekarang. Jadi kami tidak tau ayah akan kirim uang kapan
dan juga berapa, karena tidak setiap bulan Ayah kirim surat. Setelah telepon
mulai ramai digunakan dan mulai memasuki kampong, waktu itu ada dua orang
dikampungku yang memiliki telepon rumah, setelah itu kami tidak berkirim surat
lagi tapi biasa aku ikut telepon ke orang tersebut dengan membayar lima/sepuluh
ribu rupiah sekali telepon.
Setiap menemukan
foto Ayah selalu aku sembunyikan walau ujung-ujungnya pasti ketemu lagi oleh
Ibu. Mungkin sama kaya adek aku yang sekarang setiap aku dirumah kalau lihat hp
aku terus nemu foto Ayah pasti dilihatin terus dan nanti nanyain lagi, karena
hp Ibu bukan hp anroid jadi gak ada foto Ayah.
Perjuangan
Ayah gak sampai disitu, perjalanan menuju kesana juga butuh perjuangan, karena
bagaimanapun juga Jawa dan Ternate itu beda pulau. Sekarang mungkin mudah saja
karena bisa naik pesawat yang hanya memakan waktu sekitar empat jam di atas
pesawat. Dulu Ayah pergi menggunakan Kapal menggunakan jalur laut yang bisa
memakan waktu hingga seminggu mungkin lebih, bukan karena belum ada pesawat
tapi karena zaman dulu tiket pesawat itu dirasa sangat mahal. Aku tak bisa
membayangkan bagaimana selama kurang lebih tiga hari berada di atas kapal terkantung-kantung
di atas laut.
Proses dagang
disana pun tidaklah mulus, Ayah biasanya berdagang keliling ke pulau-pulau
kecil menyebrang dengan kapal feri, ke pelosok-pelosok daerah yang bahkan akses
jalannya pun sangat memperihatinkan, banyak jalan yang belum diaspal alhasil
jalanan itu belumpur tapi tetap dilalui karena harus memcari nafkah untuk
keluarganya. Melewati arus sungai karena belum ada jembatan. Begitu hebatnya
beliau berjuang demi keluarganya. Aku pernah bertanya kenapa harus jauh-jauh
pergi ke luar pulau untuk berdagang mencari nafkah, kenapa gak disini aja di
Jakarta atau dimana tapi masih di pulau jawa, jawabanya, karena mungkin
rezekinya disana, karena setiapkali bekerja di daerah yang dekat pasti tidak
berhasil yang ada malah banyak hutang. Jadi mau nggak mau berpisah dengan
keluarga untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
Dari sini aku
melihat Ayah adalah sosok yang luar biasa mungkin perjuangan ayahku bagiku
begitu hebat tapi pasti setiap ayah memiliki perjuangan yang luar biasa untuk
keluarganya. Ayahku bukanlah satu-satunya orang yang memiliki perjuangan yang
luar biasa untuk keluarganya. Ayah-ayah lain pasti memiliki perjuangan yang
lebih luar bisa bahkan mungkin ada yang meninggalkan keluarganya bertahun-tahun
untuk menafkahi seperti yang merentau ke negeri-negeri tetengga ataupun yang
lainnya. Intinya Ayah adalah sosok yang tidak kalah luar biasanya dari seorang
Ibu. Sudah seharusnya kita menghormatinya. Aku kadang suka sedih melihat
seorang anak yang memperlakukan ayahnya dengan seenaknya, meminta ini itu
dengan gampangnya, kalau tidak diberikan memaki-maki atau apapun. Karena
seorang Ayah ingin melihat anaknya senang, bahagia, kadang dia rela melakukan
apapun demi keinginan anaknya yang kadang itu diluar kemampuan dia.
Bagiku Ayah
adalah pahlawan, aku bisa sekolah tinggi karena perjuangan Ayah, walaupun Ayah hanya
bisa sekolah sampai SD saja tapi dia tak mau anaknya seperti dia, dia ingin
anaknya lebih pinter, lebih hebat. Tapi maafkan anakmu ini karena sampai
sekarang belum bisa menjadi orang hebat. Semoga Ayah selalu ada dalam
lindunganNya, Amin.
1xbet korean sports betting 1xbet korean | legalbet.co.kr
BalasHapusThe sportsbook was established in 2017 with the aim of providing high-quality choegocasino odds and bonuses to 1xbet the Korean Football and Basketball งานออนไลน์