Langsung ke konten utama

Postingan

Resensi Novel Sangkakala di Langit Andalusia -- Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

  Judul               : Sangakala di Langit Andalusia Penulis              : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra Tebal                : xii+472 hlm Penerbit            : Republika Tahun Terbit     : 2 022 Cetakan            : ke- 1   Membaca novel ini membawa kita untuk kembali mengingat masa keruntuhan kerajaan Islam di Andalusia atau Spanyol. Penyampaian kalimat demi kalimatnya membuat kita merasakan bagaimana bergejolaknya suasana saat itu. Saat Andalusia beralih kekuasaan dan umat Islam harus berjuang bertahan hidup dan mempertahankan tauhid mereka. Novel ini mengisahkan perjuangan Rammar Ibnu Baqar. Seorang hafidz Qur’an terakhir di Andalusia yang harus memecahkan teka-teki cincin sebuah nubuat   yang bisa menyelamatkan umat Islam dari penguasa Andalusia saat itu. Perjalanan yang sangat berat dihadapi dengan kehilangan orang-orang yang di cintai satu persatu. Tidak mudah mengahadapi musuh apalagi dia adalah orang yang pernah ada di dekat kita. Kisahnya se

Resensi Buku GARIS WAKTU, Fiersa Besari

Judul               : Garis Waktu, Sebuah Perjalanan Menghapus Luka Penulis             : Fiersa Besari Tebal               : iv +212 hlm Penerbit           : Mediakita Tahun Terbit    : 2017 Cetakan           : ke- 11 Seperti judulnya buku ini menceritakan sebuah garis waktu proses bagaimana menghapus sebuah luka yang mendalam. Buku ini merupakan sebuah rangkuman tulisan sang penulis yang selama 2012-2016 aktif menulis di beberapa sosial media. Buku ini merupakan representasi peristiwa penting penulis yang mengajarkan kita tentang mencintai dan keikhlasan. Jika melihat covernya buku ini cukup menarik, kalau menurutku covernya elegan. Buku ini menceritakan kisah asmara dari perkenalan, jatuh cinta, hingga perpisahan. Disini kita akan tahu  sudut pandang sesorang yang mencintai perempuan yang telah memiliki kekasih. Bagaimana mencoba tersenyum dengan keadaan sampai akhirnya situasi berpihak. Perjuangan untuk mencintai dan meyakinkan walaupun pada akhirnya harus diakhi

Dibalik Kemenangan Bulutangkis Indonesia

Selamat untuk tim Bulutangkis putera karena telah berhasil menjadi juara beregu, Indonesia berhasil mempertahankan juara beregu putera Asia. Kita patut bangga pada mereka yang telah berhasil mengharumkan nama bangsa, perjuangan yang tidak mudah. Tapi ada yang lebih menarik bagiku dari semua ini, bagiku final yang sesungguhnya adalah kamarin ketika melawan Korea. Perjuangan yang begitu dramatis dan penuh dengan ketegangan. Kalaupun tadi Indonesia tidak juara bagiku Indonesia sudah juara kemarin, begitu hebat. Perjuangan Firman Abdul Khalik yang patut kita tiru, tetap berjuang disaat poin begitu kritis, sekali saja Firman melakukan kesalahan Indonesia mungkin gagal masuk final. Keuletannya dan juga mentalnya yang luar biasa menyelamatkan Indonesia. Aku tau mungkin ini lebay tapi begitulah menurutku, menikung poin dari 14-20 menjadi 22-20 itu bukan suatu yang mudah. Namun, aku miris membaca komentar netizen sebelumnya, ketika mengetahui Indoneisa 2-2 dengan korea kemudian Firman adal

Curhat Susah Sinyal

ketika kembali ke perantauan setelah liburan panjang itu rasanya lumayan berat memang, kita harus kembali dengan kesibukan kita. Tapi, sebagai orang yang hidup di pelosok desa dengan kawasan susah sinyal ada hal lain yang membuat aku rindu perantauan, salah satunya karena aku bisa bebas berselancar dengan internet berjam-jam apalagi kuota mendukung. Di jaman ketika internet itu bukan hal yang susah, karena kita akan menemukan banyak hal dari sana. Bisa dibilang aku merupakan orang yang cukup aktif menggunakan media sosial. Lalu bagaimana ketika aku di kampung dengan keadaan sinyal yang langka. Sebagai orang yang hidupnya banyak dihabiskan di perantauan, ketika aku mudik memang cukup kesusahan dengan keadaan sinyal yang melelahkan apalagi jika ada informasi penting. Di kampungku bukan berarti sinyal benar-benar gak ada, ada tapi tidak di semua tempat, hanya di beberapa tempat dan kadang itu bukan di tempat-tempat yang nyaman, seperti di jendela, di belakang rumah, di sawah, di bukit-

Resensi NEGERI SENJA: Seno Gumira Ajidarma

Judul               : Negeri Senja Penulis             : Seno Gumira Ajidarma Tebal               : xx + 242 hlm Penerbit           : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) Tahun Terbit    : 2017 Cetakan           : ke-3             Ini kali pertama aku baca bukunya Seno Gumira Ajidarma, jika dilihat dari covernya buku ini terlihat menarik dengan sinopsis di cover belakang buku yang menambah penasaran. Tapi, jangan melihat buku dari covernya.             Buku ini menceritakan seorang pengembara yang telah melewati beberapa negeri sampai akhirnya tiba di Negeri Senja, yang selalu berada dalam keadaan senja karena matahari tak pernah terbenam. Semua terlihat serba keemasan tersinari senja yang tak pernah padam, tak ada siang, tak ada malam yang ada hanyalah senja. Pemandangan senja memang selalu memikat, tapi tidak selalu begitu di Negeri Senja, yang selalu dalam keadaan senja. Terdapat kehidupan yang penuh dengan rahasia, kekuasaan Tirana yang tak ingin mendapatkan pela

Beli Buku Online

Sekarang berbelanja sudah sangat mudah dilakukan di tempat tidur pun bisa, ada banyak sekali situs belanja online belum yang di instagram dan lainnya, kita tinggal memilih mau belanja dimana. Belanja online memang lebih mudah karena kita tak perlu capek mencari barang yang kita inginkan jauh-jauh ke tempat pembelanjaan, belanja online bisa dilakukan dimana saya dan kapan saja, kita tinggal melakukan transaksi sesuai prosedur dan menunggu barang datang. Namun dibalik semua kenyamanan tersebut, belanja online juga memiliki beberapa kekurangan, seperti yang sering kita dengar kasus-kasus dari hasil belanja online, barang yang tidak sesuai dengan yang ada di gambar, pengiriman yang lambat dan bahkan ada juga kasus penipuan. Sebagai orang yang juga pernah melakukan belanja online walau tidak sering karena menurutku tetap lebih nyaman belanja langsung ke tempatnya. Disini aku mau bercerita pengalamanku mengenai beli barang melalui online, tapi barang yang aku beli adalah buku. Jadi aku ma

Konferensi Asia - Afrika

Jika kemarin telah membahas museum Asia – Afrika, maka kali ini saya akan membahas mengenai Konferensi Asia – Afrika. Konferensi Asia – Afrika digelar di Kota Bandung pada 14-24 April 1955, konferensi ini dihadiri oleh 29 Negara, yaitu : Indonesia, Afganistan, Pakistan, Birma (Myanmar sekarang), Filiphina, Kamboja, Irak, Iran, Arab Saudi, Ceylon (Sri Langka sekarang), Jepang, Sudan, Republik Rakyat Tiongkok, Yordania, Suriah, Laos, Thailand, Mesir, Libanon, Turki, Ethiopia, Liberia, Vietnam Utara, Vietnam Selatan (waktu itu masih terpisah), Pantai Emas (Ghana), Libya, India, Nepal, Yaman. Ide diadakannya Konferensi Asia – Afrika ini diawali dengan adanya Konferensi Kolombo yang dilaksanakan di Ceylon dan dihadiri oleh lima Perdana Mentri dari lima negara, yaitu: Sir John Kotelawala (Ceylon), U Nu (Birma), Jawaharlal Nehru (India), Ali Sastroamidjojo (Indonesia) dan Mohammed Ali (Pakistan) pada tanggan 28 April – 2 Mei 1954. Konferensi ini berlangsung untuk membicakaran masalah-mas

Cerpen: Mengikhlaskan

Ini sebenarnya cerpen aku tulis sudah lama, dari pada aku save di laptop aja mending aku post biar blog aku gak kosong-kosong amat,hhe.  Selamat Membaca.... MENGIKHLASKAN             Pagi itu menjelang siang dalam kejenuhan hati, kepenatan pikiran seusai jam kuliah pertama selesai, ahh nyaman rasanya menjatuhkan badan ini diatas kasur, satu jam setengah setelah ini aku harus sudah berada di kelas lagi menjalani mata kuliah sosiologi, untung saja kampusnya deket. Sebagai mahasiswa jurusan Sejarah kali ini diinginkan ataupun tidak aku harus terjun ke dunia Ilmu Sosial, melihat latar belakangku yang lulusan jurusan keagamaan memang tidak jauh berbeda dengan ilmu sosial, namun istilah-istilah sosial itu membuat kepalaku semakin penat, buku sosiologi setebal 410 halaman tergeletak di atas kasur, seharusnya aku mempelajari materi yang akan di bahas nanti , di sampingnya ada notebook yang selama ini setia menemani perjalanku walau harus menanggung beban karena pemiliknya tak terlalu