Langsung ke konten utama

Resensi Novel Sangkakala di Langit Andalusia -- Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra

  Judul               : Sangakala di Langit Andalusia Penulis              : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra Tebal                : xii+472 hlm Penerbit            : Republika Tahun Terbit     : 2 022 Cetakan            : ke- 1   Membaca novel ini membawa kita untuk kembali mengingat masa keruntuhan kerajaan Islam di Andalusia atau Spanyol. Penyampaian kalimat demi kalimatnya membuat kita merasakan bagaimana bergejolaknya suasana saat itu. Saat Andalusia beralih kekuasaan dan umat Islam harus berjuang bertahan hidup dan mempertahankan tauhid mereka. Novel ini mengisahkan perjuangan Rammar Ibnu Baqar. Seorang hafidz Qur’an terakhir di Andalusia yang harus memecahkan teka-teki cincin sebuah nubuat   yang bisa menyelamatkan umat Islam dari penguasa Andalusia saat itu. Perjalanan yang sangat berat dihadapi dengan kehilangan orang-orang yang di cintai satu persatu. Tidak mudah mengahadapi musuh apalagi dia adalah orang yang pernah ada di dekat kita. Kisahnya se

Cerpen: Mengikhlaskan

Ini sebenarnya cerpen aku tulis sudah lama, dari pada aku save di laptop aja mending aku post biar blog aku gak kosong-kosong amat,hhe.  Selamat Membaca....


MENGIKHLASKAN
            Pagi itu menjelang siang dalam kejenuhan hati, kepenatan pikiran seusai jam kuliah pertama selesai, ahh nyaman rasanya menjatuhkan badan ini diatas kasur, satu jam setengah setelah ini aku harus sudah berada di kelas lagi menjalani mata kuliah sosiologi, untung saja kampusnya deket. Sebagai mahasiswa jurusan Sejarah kali ini diinginkan ataupun tidak aku harus terjun ke dunia Ilmu Sosial, melihat latar belakangku yang lulusan jurusan keagamaan memang tidak jauh berbeda dengan ilmu sosial, namun istilah-istilah sosial itu membuat kepalaku semakin penat, buku sosiologi setebal 410 halaman tergeletak di atas kasur, seharusnya aku mempelajari materi yang akan di bahas nanti , di sampingnya ada notebook yang selama ini setia menemani perjalanku walau harus menanggung beban karena pemiliknya tak terlalu memperhatikannya sehingga harus berkali-kali di servis, tangan ini bergerak, bukan mengambil buku tapi malah mengambil notebook, ku nyalakan notebook lalu ku sambungkan ke internet, sudah beberapa hari ini aku tak membuka akun facebook di notebook.
            Yang selalu ku ingat ketika membuka fb ialah sosok yang telah menundukan pandanganku, yang menggetarkan hatiku, yang kadang aku bingung harus bagaimana aku menanggapi perasaan ini. Sosok yang istimewa bagi diri ini yang bukan siapa-siapa, sosoknya yang gagah telah menggetarkan hatiku, karakternya yang pendiam, ramah dan penuh optimis telah menundukan mataku, jiwanya yang religius dan hatinya yang positif telah menjadikan diri ini merasa bersalah memiliki rasa yang tak pernah ku tahu salahkah diri ini memilikinya.
            Tak ada yang luar biasa dari profilnya, semua telah kulihat sebelumnya, tapi aku seakan tak pernah bosan untuk melihatnya kembali, tutur kata yang luar biasa namun sudah tak asing lagi bagiku, rangkaian kegiatan yang sudah kuketahui, ku terus menggeser kursor ke bawah tak ada yang berbeda semua masih sama, sreett satu gambar muncul, Fotonya bersama seorang anak kecil yang imut, rasanya aku belum pernah melihat foto ini, tangannya menunjuk kamera penuh optimis wajahnya tergambar penuh kebahagiaan, senyumnya penuh ketulusan dan keikhlasan, sekali lagi membuat hati ini bergetar tak terarah, foto  ini sangat indah dibalut desain yang indah dengan kata-kata bijak seorang motivator, sekali lagi dia sosok yang sangat istimewa bagi diri ini, begitu aku mengagumi gambarnya yang satu ini, ohh Tuhan aku mohon maaf aku ingin menyimpan fotonya kali ini saja.
            Namun apa benar yang sedang aku rasa sekarang ini jatuh cinta? Cinta karena apa, apa karena fisiknya yang tampan,? Tak ada yang bisa mengelak dengan pendapat ini, dia memang tampan, bahkan seluruh mahasiswi dikelasnya pun setuju menjadikan dia sosok paling tampan.
            Tapi jika itu yang membuatku jatuh hati, sia-sia, semua akan sia-sia, ketampanan hanyalah silauan mata, hanya perhiasan luar yang memiliki masa, ketika masa itu datang perlahan akan hilang, lantas cinta ini akan ku ekspresikan ke mana lagi, saat yang ku junjung telah berubah.

***

Aku baru saja pulang kuliah tiba-tiba ada yang menyapaku.“Assalamu’alaikum naf?” seketika aku tersentak, siapa yang menyapaku? Aku menengok kebelakang
“Wa’alaikumsalam kak ,” ternyata kak fikri yang menyapaku, hatiku langsung berdebar tanpa arah, aku mencoba menguasai diri agar kak fikri tak curiga dengan tingkahku, dialah sosok yang selama ini mengganggu jiwaku.
“Dari mana naf, ko kaya buru-buru,?” tanyanya lagi, aku masih tertunduk aku tak sanggup memandangnya jika harus berhadapan seperti ini,
“ ee.. dari depan kak, iya soalnya lagi ditunggu Ratna, ayo kak duluan, assalamu’alaikum” jawabku gugup dan aku langsung berjalan tanpa menengoknya kembali aku dengar dia menjawab salamku. Setelah sampai aku tarik nafas dalam-dalam, oh Tuhan aku memang senang bertemu dengan dia namun sekali lagi aku takut dengan perasaan ini,
“kamu kenapa Naf kaya  abis dikejar-kejar apa aja, ngos-ngosan gitu, jalanya kan gak naik malah turun,?” sahabatkuku ratna yang sejak tadi menungguku di depan rumah heran melihat tingkahku.
“ Ngga ada apa-apa Na, udah yuk masuk,” aku tak menceritakan tentang perasaan ini pada ratna karna aku tak mau ada satupun yang tau dengan perasaan ini, biarlah ini menjadi rahasiaku dengan Allah, biarkan waktu yang akan menjawabnya.
“Naf kak Fikri besok sidang munaqosah lohh,,”
“yang bener, kamu kata siapa Na?“ kataku kaget, kenapa aku tidak tau tentang ini.
“ lho kamu gak tau, kemarin kan ka fikri sendiri yang bilang minta do’a kalau hari rabu ini dia mau sidang” jelas Ratna
“kapan, kok aku gak tau Na,? Tanyaku lagi heran
“ kemarin loh waktu diskusi, oh iya kamu kan lagi ke toilet Naf” kata Ratna smbil terus membolak-balik kertas entah apa yang dia cari.
“ ohh, pantas aku gak tau, emang kak fikri bilang apa aja?” tanyaku penasaran.
“ ihh Naf keppo, hayoo.” Ratna meledek.
“ ehh engga, cuma mau tau aja ko,”aku kaget dengan respon ratna, aku langsung mengelak, apa pertanyaanku tadi mencurigakan, jangan sampai ratna curiga.
“ bercanda Naf,” huhh akhirnya ratna cuma bercanda.
            Kak Fikri mau sidang itu artinya kalau kak fikri lulus berarti sebentar lagi di wisuda dan pasti akan meninggalkan tempat ini, mungkin tak akan bisa lagi aku bertemu dengannya, tapi mungkin ini adalah cara Allah menjawab semua keluh kesahku selama ini, mungkin dengan perginya ka fikri hati ini akan lebih tenang.
“ Naf , gimana yah rasanya jadi istrinya kak Fikri? Pasti bahagia banget, udah ganteng, pinter sholeh pula terus keturunanya baik lagi” kali ini Ratna berkata sambil main note book.
            Kata-kata Ratna kali ini membuat jantungku berdetak kencang itulah yang selama ini menggangu jiwaku, hal itu yang telah melumpuhkan hatiku, dan itulah yang telah membuatku menyimpan fotonya diam-diam.
“Naaf,, Naf, ko bengong,?” Ratna mengagetkan lamunanku
“ Ehh,, ngga Na, kenapa?” jawabku kaget
“ Kamu lagi membayangkan jadi istrinya kak Fikri yaaa,” Ratna malah meledek
“ Ehh engga, kata siapa tadi kan kamu yang lagi membayangkan” jawabku spontan 
“ terus ngelamunin apa,? Ehh Naf foto siapa ini tumben nyimpen foto cowok “ Foto apa? Cowok? Aku tengok Ratna dia sedang membuka folder yang tersimpan foto kak fikri, tanpa pikir panjang langsung ku rebut note book dari tangan Ratna sebelum dia membuka foto itu.
“ bukan siapa-siapa Na, “ jawabku buru-buru
“terus,, kenapa aku gak boleh tau? Ohh jadi sekarang mah peke rahasia-rasiaan, ohh gitu Naf,” aduhh gimana ini kalau aku kasih tau bisa bahaya tapi bagaimana menjelaskannya pada Ratna
“bukan gitu Na, beneran bukan siapa-siapa, ini tadi cuma ke save aja pas tadi Fb’n d sini, masa sih aku tega rahasia-rahasiaan sama sahabat sendiri, kamu kan sahabatku paaling baik Na,”jelasku sambil tersenyum, aku coba menjelaskan semoga ratna mengerti.
“iya deh Naf, bercanda ko, aku percaya sahabatku yang cantik ini kan gak mungkin punya pacar, kalaupun punya pasti aku udah tau, hhe” respon Ratna sambil tersenyum lalu memelukku dan mencubit pipiku
“ihh, pipiku udah tembem Na, nanti tambah tembem” jawabku kesel sambil tersenyum penuh haru
Syukurlah Ratna tidak memperpanjang masalah ini, maafkan aku Na, aku belum siap untuk memberi tahu kamu tentang semua ini.

***

“ Naf ayoo Naf ,, nanti keburu selesai acaranya Naf, aku mau melihat kak Fikri pakai toga pasti gagah banget,” Ratna berjalan setengah berlari sambil menarik tanganku. Hari ini kak Fikri diwisuda
“iya Na iya, “ jawabku santai, aku juga mau melihat kak fikri pakai toga, tapi di sini aku juga sedih karna dengan ini kak Fikri akan pergi meninggalkan kami dan mungkin aku takkan bisa melihat sosok yang istimewa lagi.
“Naf itu kak Fikri , Naf ganteng banget, “ kata Ratna dengan matanya yang bersinar
            Banyak sekali orang di sini, aku melihat keluarga kak Fikri menghampiri kak Fikri, ternyata kak Fikri adalah anak pertama dan mempunyai 2 adik perempuan dan satu adik laki-laki, orang tua kak Fikri ternyata belum terlalu tua, mereka terlihat bahagia, aku bisa melihat tawa yang penuh haru dan bahagia dari mereka, mungkin mereka bangga melihat anaknya menjadi sarjana terbaik di kampus.
“Na katanya ayah kamu mau ke sini,?” tanyaku mengusik konsentrasi Ratna. Ayah Ratna tadi bilang mau ke kampus katanya mau ketemu sahabatnya yang anaknya juga sedang diwisuda.
“ehh iya mana yah,” mata Ratna meneliti ke seluruh arah
“itu ayah, “ kata ratna menunjuk ke arah ayahnya, ku lihat ayahnya sedang ngbrol dengan keluarga kak Fikri mereka terlihat akrab apa mereka sudah saling mengenal,?
“Na ayahmu kenal sama keluarganya kak Fikri, kelihatannya udah akrab banget ?” kataku penasaran.
“iya yah Naf, tapi aku gak pernah lihat keluarga kak Fikri kalau ayah mengadakan reuni dengan teman-temannya, tapi gak tau deh” jelas Ratna.
“Naf ke sana yuk,?” ajak ratna
“ehh ngga ahh Na, kita di sini aja,” aku gak mau ke sana karna itu berarti aku akan ketemu langsung dengan kak Fikri.
“ kenapa emang Naf, ayolah aku kan mau ketemu ayah,” paksa Ratna.
“hmmm, bilang aja mau ketemu kak Fikri, iya kan” kataku mencoba meledek Ratna.
“ihh kamu ngga papa kan sambil menyelam minum air,hhe” jawab Ratna di lanjukan dengan tawanya yang khas.
“udah ah yuukk” belum sempat aku menjawab Ratna sudah menarik tanganku.
Kami kemudian menghampiri mereka, di situ juga ada keluarganya kak Fikri dan juga ada Kak Fikri di sampingnya, oh Tuhan tubuhku terasa kaku kali ini, sebegitu kuatkah pengaruh perasaan ini bagi diri ini.
“Naf, Ratna, kalian di sini juga?” tanya kak Fikri membuat kami tersenyum malu-malu.
“iya kak” jawab Ratna malu-malu
“ehh kalian ternyata sudah pada kenal?, ini anak saya ratna pak” kata ayah Ratna mengenalkan Ratna kepada keluarga kak Fikri.
“wahh anakmu sudah besar ternyata dulu aku bertemu waktu masih di gendongan ibunya, sekarang sudah menjadi gadis, cantik pula “ respon ayahnya kak Fikri melihat Ratna.
“iya pak, oh iya ini Naf teman Ratna” kata Ratna mengenalkanku, aku terseyum dan mengangguk mencoba memberi penghormatan.
“oh iya, Naf ini anak sahabat saya, ayahnya asli Aceh tadinya kalau anak kami berpasangan kami mau menjodohkan mereka, tapi ternyata mereka sama-sama perempuan” sambung ayah Ratna dan langsung di sambut tawa mereka.
Begitulah ayah Ratna dan ayahku bersahabat baik sehingga mereka menginginkan hubungannya lebih erat dengan merencanakan perjodohan diantara anak mereka tapi ternyata anak mereka sama-sama perempuan, tapi itu tak membuat persahabatan mereka menjauh dengan itu aku kuliah di sini dan tinggal di rumahnya Ratna sehingga persahabatan ayah dengan ayahnya Ratna terjalin lebih erat, sekali-kali ayah berkunjung ke sini untuk bertemu denganku sekaligus reuni mereka.
“ehh kenapa gak kita bicarakan perjodohan anak kita saja, rasanya Ratna sama Fikri cocok juga” kata-kata ayah Ratna kali ini seperti menonjok dadaku, hatiku berdegup kencang, aku melihat wajah Ratna memerah.
“itu urusan gampang, kita bicarakan nanti,”sahut ayahnya kak Fikri langsung di iringi tawa mereka.
Ayah, aku kan baru saja di wisuda belum sampai berpikir kesana,” tambah kak Fikri.
“ehh jangan salah kamu sudah harus memikirkan itu.” Ayah kak Fikri menambahkan lagi.
            Tak bisa ku bayangkan jika benar itu terjadi,rasanya baru mendengarnya saja hati ini sudah hancur berkeping-keping, aku tau jodoh memang sudah tertulis tapi berat rasanya mendengar semua ini, Ya Allah jangan biarkan aku seperti ini, sadarkanlah diri ini, ikhlaskan hati ini jika memang itu yang Kau rencanakan.

***

Dua tahun kemudian

“ Assalamu’alaikum....” sudah tiga kali aku ucapkan salam, apa Ratna tidak ada di rumah? Kenapa tidak ada jawaban. kenapa aku deg-degan yahh, Ratna kaya gimana yah sekarang, udah banyak yang berubah gak yah? Udah dua tahun aku tak bertemu dengannya, aku memang memutuskan untuk pindah kuliah di tanah kelahiranku sendiri setelah saat itu bapaknya kak Fikri bertamu ke rumah Ratna berbicara lebih serius tentang perjodohan itu, hatiku benar-benar hancur, aku tak kuasa melihat kenyataan walau itu belumlah menjadi sebuah kepastian yang mutlak, aku tak sanggup tersenyum pasi melihat kebahagian Ratna, aku tak mau pura-pura mengukir senyum diwajah dengan hati berkeping-keping. Tapi, bukan itu alasan utama yang membuatku pindah kuliah, sehari setelah semua itu bapak menelponku kalau dia membutuhkanku untuk membantunya mengajar anak-anak belajar ngaji di meunasah, karena kak Nisa ikut merantau ke Mesir dengan suaminya. Dan kejadian itu membuatku yakin, biar kusimpan perasaan ini, biar kubawa pergi luka ini, karena cinta sejati adalah melepaskan maka jika memang kak Fikri adalah cinta sejati yang Allah ciptakan untukku, sejauh apapun aku pergi kami pasti bertemu. Namun, jika kemudian aku tidak dipertemukan kembali maka sederhana, kak Fikri bukanlah cinta sejatiku.
”Ass..” krekkk pintu terbuka, akhirnya kataku dalam hati. Pintu terbuka, bukan, ini bukan Ratna,tapi siapa yah? ini masih rumahnya Ratna kan?   aku yakin ini rumah Ratna, bunga mawar yang ku tanam dulu masih terawat di depan rumah, tapii, kenapa yang keluar bukan Ratna
“Eee.. Ratnanya ada?” tanyaku sedikit ragu.
“kamu pasti Naf yah yang dari Aceh kan?.” Orang itu malah balik bertanya.
“ii.. yaa” jawabku bingung.
“ayo masuk, Ratna udah nungguin kamu dari kemarin, dia sangat merindukanmu, ohh iya aku Aliya temen SMA Ratna” jelasnya, sambil membawaku berjalan ke kamar Ratna. Aku lega sekarang, ternyata ini masih rumahnya ratna
Besok adalah pernikahan Ratna. seminggu yang lalu ayah Ratna menyampaikan berita ini pada ayah. Iya dia akhirnya menikah dengan kak Fikri. Lalu bagaimana dengan perasaanku, aku sudah dapat mengendalikannya dan menerima takdir ini, walau berat.

***

“wahh kamu cantik banget Na” Ratna sudah mengenakan baju pengantin dan sangat terlihat anggun.
“makasihh,, Naf kamu tau perasaanku sekarang, bahagiaa banget” matanya berbinar-binar, aku bisa merasakan itu na, aku seneng kamu bahagia semoga ini terbaik untukmu. Dan kemudian dia memelukku penuh haru.
“aku kedepan dulu yah mau lihat keadaan,” kataku sambil tersenyum dan pergi meninggalkan Ratna yang asiik di depan cermin.
Aku melihat seisi ruangan, tamu-tamu mulai berdatangan. Aku berjalan ke depan dan disana aku melihat kak Fikri udah datang, lho ko gak ada yang ngasih tau. Dan aku lihat kak Fikri juga melihatku, dia tersenyum dan menghampiriku.
“ pengantin pria udah datang ternyata, kok gak sama rombongan” tanyaku
“ iya, sengaja duluan mau cek persiapanya, tapi nanti ikut sama rombongan juga pastinya.” Jawabnya, ya karena aku melihatnya juga masih mengenakan pakaian biasa.
“Apa kabar Naf, kapan datang?”
“baik kak Alhamdulillah, aku baru nyampe kemarin sore. Kak Fikri apa kabar juga?” jawabku dan balik bertanya.
“ohh., Alhamdulillah baik juga” jawabnya sambil tersenyum tapi terlihat seperti bingung seperti ada yang ingin disampaikan.
“Naf,, kamu udah baca e-mail dari saya?” tanyanya sedikit ragu. Dan aku juga bingung sudah lama aku tidak buka e-mail.
“e-mail apa?” tanyaku bingung.
“sudah kuduga kamu belum membacanya, tapi ya sudahlah mungkin ini yang terbaik dari Allah” aku semakin penasaran dengan jawabannya, kenapa jawabannya seperti itu.
“ya sudah aku mau siap-siap dulu ya Naf” aku membiarkannya pergi meninggalkanku yang masih bertanya-tanya.
Aku langsung ke kamarku dan membuka notebook lalu aku buka email, benar saja ada dua email masuk dari kak fikri sekitar satu bulan yang lalu.

To        : nafisah.amalia@gmail.com
From    : fikri_m@gmail.com
            
Assalamu’alaikum
            Apa kabar naf?, semoga naf selalu dalam lindungan Allah. Bagaimana keadaan kota serambi mekah?. Sebelumnya aku mohon maaf naf, aku mau jujur pada naf. Lama aku mencari naf, aku tau naf pulang ke aceh dari papahnya Ratna saat ke rumah, tapi itu tidak penting sekarang. Mungkin naf sudah mendengar tentang perjodohan antara aku dengan Ratna, ya orang tua kami menjodohkan kami. Tapi seminggu yang lalu ayah bicara padaku kalau dia tidak akan memaksa jika aku tidak menginginkan itu, ayah memberikan waktu untukku mencari pilihanku tapi jika dalam waktu satu bulan aku belum mendapatkan orang yang aku pilih maka ayah akan melanjutkan perjodohan ini.
            Naf sejujurnya aku ingin memilihmu untuk menjadi pendampingku, aku menyimpan perasaan selama ini kepadamu. Aku coba menghubungimu berkali-kali tapi gagal nomor kamu yang ada di hpku sudah tidak aktif, aku berniat menyusulmu ke Aceh tapi. Aku hanya bisa menyampaikan ini lewat email, maafkan kelemahanku ini. Semoga kau membacanya. Aku menunggu jawabanmu.
            Wassalamua’alaikum
Bandung, 12 Maret 2015
Muhammad Fikri

            Air mataku sudah membasahi kerudung dan melunturkan make up ku. Hati ini, tak tahu seperti apa perasaan ini. Mengapa ini terjadi, mengapa baru sekarang aku membukanya. Ada satu email lagi, aku membukanya

To        : nafisah.amalia@gmail.com
From    : fikri_m@gmail.com

            Assalamu’alaikum
            Sudah satu bulan aku menunggu  balasan emailmu naf, tapi sepertinya kau belum membacanya. Mungkin ini takdir Allah untukku, mungkin kau bukan jodoh yang dihadirkan Allah untukku. Ayah memutuskan untuk melanjutkan perjodohanku dengan Ratna, kemarin kami bertemu dengan keluarga Ratna, dan mereka setuju kami akan menikah bulan depan.
            Semoga ini yang terbaik dari Allah. Kami minta do’anya darimu naf, dan semoga naf dipertemukan dengan jodoh terbaik. Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Maafkan aku selama ini.
            Wassalamu’alaikum
Bandung, 13 April 2015
Muhammad Fikri

            Aku tersungkur menahan tangis yang tak bisa kutahan. Aku tak tahu seperti apa perasaanku saat ini dan aku harus berbuat apa, tapi aku yakin ini yang terbaik dari Allah. Aku hanya bisa mendo’akan kalian. Aku titip Ratna kak , jaga sahabat terbaikku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku "RENTANG KISAH" Gita Savitri Devi

Judul Buku      : Rentang Kisah Penulis             : Gita Savitri Devi Tebal Buku      : 207 Penerbit           : Gagas Media Tahun Terbit    : 2017 Gita Savitri Devi adalah seorang vloger yang banyak diidolakan oleh remaja Indonesia karena isi vlognya yang banyak menginspirasi, keluesannya berbicara di depan kamera dan juga karena konten-kontennya yang banyak mengkritik keadaan Indonesia menjadikannya mendapatkan tempat dihati masyarakat. Seorang lulusan Kimia Murni di Freie Universitat Berlin ini merasa risih melihat aktivitas media sosial pemuda Indonesia yang isinya kurang berfaedah, dia berusaha merubah hal tersebut dengan menjadikan media sosial untuk hal-hal yang positif. Selain aktif sebagai youtuber Gita yang masih betah tinggal di Jerman ini juga aktif menulis di blog. Buku Rentang Kisah adalah buku pertamanya, buku ini menceritakan perjalanan hidupnya dari mulai SMA hingga sekarang. Diawal bab, diceritakan bagaimana Gita di SMA dan juga hubungannya dengan s

Resensi novel TENTANG KAMU Tere LIye

Judul               : Tentang Kamu Penulis             : Tere Liye Tebal               : vi+524 halaman Penerbit           : Republika Tahun Terbit    : 2017 Cetakan           : ke-7             Tere Liye merupakan seorang novelis terkenal di Indonesia, novel yang diterbitkan selalu menjadi best seller dan tidak mengecewakan. Novel Tentang Kamu salah satu novel tere liye dari 28 karyanya yang juga best seller, sayangnya, walaupun novel-novelnya best seller Tere Liye memberhentikan penerbitannya karena pajak penulis yang tinggi, tapi tenang bagi penikmat tulisan-tulisan Tere Liye kita masih bisa mendapatkannya lewat e-book.             Novel Tentang kamu menceritakan seorang  pengacara asal Indonesia yang bekerja di Thompson & Co bernama Zaman yang kemudian mendapatkan tugas untuk mencari ahli waris dari seorang perempuan bernama Sri Ningsih yang memiliki jumlah warisan yang sangat banyak. Untuk menyelesaikan kasus ini zaman harus menelusuri kehidupan Sri Ningsih

Resensi Buku SECANGKIR KOPI JON PAKIR - Emha Ainun Nadjib

Judul               : Secangkir Kopi Jon Pakir Penulis             : Emha Ainun Nadjib Tebal               : 348 halaman Penerbit           : PT Mizan Pustaka Tahun Terbit    : 2016 Cetakan           : ke- 2 Buku Secangkir Kopi Jon Pakir jika dibaca sekilas kata Pakir ini seperti kata Parkir alhasil aku pertamanya berpikir kalau buku ini menceritakan tentang si Jon yang mungkin seorang tukang parkir. Namun setelah membaca isinya, ternyata nama pakir itu berasal dari bahasa arab yaitu Fakir yang menyesuaikan lidah orang Jawa. Buku ini merupakan buku yang dicetak ulang, cetakan pertamanya yaitu pada tahun 1992. Buku ini menceritakan kondisi sosial masyarakat pada masa itu yang dikemas dengan apik oleh Cak Nun (sapaan untuk Emha Ainun Nadjib). Dalam buku ini Cak Nun menamai dirinya sebagai Jon Pakir yang mengkritisi peristiwa yang terjadi disekitarnya. Secangkir Kopi yang disajikan disini bukanlah berupa air kopi tapi merupakan hidangan yang sangat bergizi untuk otak