Judul : Sangakala di Langit Andalusia Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra Tebal : xii+472 hlm Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2 022 Cetakan : ke- 1 Membaca novel ini membawa kita untuk kembali mengingat masa keruntuhan kerajaan Islam di Andalusia atau Spanyol. Penyampaian kalimat demi kalimatnya membuat kita merasakan bagaimana bergejolaknya suasana saat itu. Saat Andalusia beralih kekuasaan dan umat Islam harus berjuang bertahan hidup dan mempertahankan tauhid mereka. Novel ini mengisahkan perjuangan Rammar Ibnu Baqar. Seorang hafidz Qur’an terakhir di Andalusia yang harus memecahkan teka-teki cincin sebuah nubuat yang bisa menyelamatkan umat Islam dari penguasa Andalusia saat itu. Perjalanan yang sangat berat dihadapi dengan kehilangan orang-orang yang di cintai satu persatu. Tidak mudah mengahadapi musuh apalagi dia adalah orang yang pernah ada di dekat kita. Kisahnya se
Ini sebenarnya cerpen aku tulis sudah lama, dari pada aku save di laptop aja mending aku post biar blog aku gak kosong-kosong amat,hhe. Selamat Membaca....
MENGIKHLASKAN
Pagi itu menjelang
siang dalam kejenuhan hati, kepenatan pikiran seusai jam kuliah pertama
selesai, ahh nyaman rasanya menjatuhkan badan ini diatas kasur, satu jam
setengah setelah ini aku harus sudah berada di kelas lagi menjalani mata kuliah
sosiologi, untung saja kampusnya deket. Sebagai mahasiswa jurusan Sejarah kali
ini diinginkan ataupun tidak aku harus terjun ke dunia Ilmu Sosial, melihat
latar belakangku yang lulusan jurusan keagamaan memang tidak jauh berbeda
dengan ilmu sosial, namun istilah-istilah sosial itu membuat kepalaku semakin
penat, buku sosiologi setebal 410 halaman tergeletak di atas kasur, seharusnya
aku mempelajari materi yang akan di bahas nanti , di sampingnya ada notebook
yang selama ini setia menemani perjalanku walau harus menanggung beban karena
pemiliknya tak terlalu memperhatikannya sehingga harus berkali-kali di servis,
tangan ini bergerak, bukan mengambil buku tapi malah mengambil notebook, ku
nyalakan notebook lalu ku sambungkan ke internet, sudah beberapa hari ini aku
tak membuka akun facebook di notebook.
Yang selalu ku
ingat ketika membuka fb ialah sosok yang telah menundukan pandanganku, yang
menggetarkan hatiku, yang kadang aku bingung harus bagaimana aku menanggapi
perasaan ini. Sosok yang istimewa bagi diri ini yang bukan siapa-siapa,
sosoknya yang gagah telah menggetarkan hatiku, karakternya yang pendiam, ramah
dan penuh optimis telah menundukan mataku, jiwanya yang religius dan hatinya
yang positif telah menjadikan diri ini merasa bersalah memiliki rasa yang tak
pernah ku tahu salahkah diri ini memilikinya.
Tak ada yang luar
biasa dari profilnya, semua telah kulihat sebelumnya, tapi aku seakan tak
pernah bosan untuk melihatnya kembali, tutur kata yang luar biasa namun sudah
tak asing lagi bagiku, rangkaian kegiatan yang sudah kuketahui, ku terus
menggeser kursor ke bawah tak ada yang berbeda semua masih sama, sreett satu
gambar muncul, Fotonya bersama seorang anak kecil yang imut, rasanya aku belum
pernah melihat foto ini, tangannya menunjuk kamera penuh optimis wajahnya
tergambar penuh kebahagiaan, senyumnya penuh ketulusan dan keikhlasan, sekali
lagi membuat hati ini bergetar tak terarah, foto ini sangat indah dibalut desain yang indah
dengan kata-kata bijak seorang motivator, sekali lagi dia sosok yang sangat
istimewa bagi diri ini, begitu aku mengagumi gambarnya yang satu ini, ohh Tuhan
aku mohon maaf aku ingin menyimpan fotonya kali ini saja.
Namun
apa benar yang sedang aku rasa sekarang ini jatuh cinta? Cinta karena apa, apa
karena fisiknya yang tampan,? Tak ada yang bisa mengelak dengan pendapat ini,
dia memang tampan, bahkan seluruh mahasiswi dikelasnya pun setuju
menjadikan dia sosok paling tampan.
Tapi jika itu yang
membuatku jatuh hati, sia-sia, semua akan sia-sia, ketampanan hanyalah silauan
mata, hanya perhiasan luar yang memiliki masa, ketika masa itu datang perlahan
akan hilang, lantas cinta ini akan ku ekspresikan ke mana lagi, saat yang ku
junjung telah berubah.
***
Aku baru saja pulang kuliah tiba-tiba ada yang menyapaku.“Assalamu’alaikum
naf?” seketika aku tersentak, siapa yang menyapaku? Aku menengok kebelakang
“Wa’alaikumsalam kak ,” ternyata kak fikri yang menyapaku, hatiku
langsung berdebar tanpa arah, aku mencoba menguasai diri agar kak fikri tak
curiga dengan tingkahku, dialah sosok yang selama ini mengganggu jiwaku.
“Dari mana naf, ko kaya buru-buru,?” tanyanya lagi, aku masih
tertunduk aku tak sanggup memandangnya jika harus berhadapan seperti ini,
“ ee.. dari depan kak, iya soalnya lagi ditunggu Ratna, ayo kak
duluan, assalamu’alaikum” jawabku gugup dan aku langsung berjalan tanpa
menengoknya kembali aku dengar dia menjawab salamku. Setelah
sampai aku tarik nafas dalam-dalam, oh Tuhan aku memang senang bertemu dengan
dia namun sekali lagi aku takut dengan perasaan ini,
“kamu kenapa Naf kaya abis
dikejar-kejar apa aja, ngos-ngosan gitu, jalanya kan gak naik malah turun,?”
sahabatkuku ratna yang sejak tadi menungguku di depan rumah heran melihat
tingkahku.
“ Ngga ada apa-apa Na, udah yuk masuk,” aku tak menceritakan
tentang perasaan ini pada ratna karna aku tak mau ada satupun yang tau dengan
perasaan ini, biarlah ini menjadi rahasiaku dengan Allah, biarkan waktu yang
akan menjawabnya.
“Naf kak Fikri besok sidang munaqosah lohh,,”
“yang bener, kamu kata siapa Na?“ kataku kaget, kenapa aku tidak tau
tentang ini.
“ lho kamu gak tau, kemarin kan ka fikri sendiri yang bilang minta
do’a kalau hari rabu ini dia mau sidang” jelas Ratna
“kapan, kok aku gak tau Na,? Tanyaku lagi heran
“ kemarin loh waktu diskusi, oh iya kamu kan lagi ke toilet Naf”
kata Ratna smbil terus membolak-balik kertas entah apa yang dia cari.
“ ohh, pantas aku gak tau, emang kak fikri bilang apa aja?” tanyaku
penasaran.
“ ihh Naf keppo, hayoo.” Ratna meledek.
“ ehh engga, cuma mau tau aja
ko,”aku kaget dengan respon ratna, aku langsung mengelak, apa pertanyaanku tadi
mencurigakan, jangan sampai ratna curiga.
“ bercanda Naf,” huhh akhirnya ratna cuma
bercanda.
Kak Fikri mau
sidang itu artinya kalau kak fikri lulus berarti sebentar lagi di wisuda dan
pasti akan meninggalkan tempat ini, mungkin tak akan bisa lagi aku bertemu
dengannya, tapi mungkin ini adalah cara Allah menjawab semua keluh kesahku
selama ini, mungkin dengan perginya ka fikri hati ini akan lebih tenang.
“ Naf , gimana yah rasanya jadi istrinya kak Fikri? Pasti bahagia
banget, udah ganteng, pinter sholeh pula terus keturunanya baik lagi” kali ini
Ratna berkata sambil main note book.
Kata-kata Ratna
kali ini membuat jantungku berdetak kencang itulah yang selama ini menggangu
jiwaku, hal itu yang telah melumpuhkan hatiku, dan itulah yang telah membuatku
menyimpan fotonya diam-diam.
“Naaf,, Naf, ko bengong,?” Ratna mengagetkan lamunanku
“ Ehh,, ngga Na, kenapa?” jawabku kaget
“ Kamu lagi membayangkan jadi istrinya kak Fikri yaaa,” Ratna malah
meledek
“ Ehh engga, kata siapa tadi kan kamu yang lagi membayangkan”
jawabku spontan
“ terus ngelamunin apa,? Ehh Naf foto siapa ini tumben nyimpen foto
cowok “ Foto apa? Cowok? Aku tengok Ratna dia sedang membuka folder yang
tersimpan foto kak fikri, tanpa pikir panjang langsung ku rebut note book dari
tangan Ratna sebelum dia membuka foto itu.
“ bukan siapa-siapa Na, “ jawabku buru-buru
“terus,, kenapa aku gak boleh tau? Ohh jadi sekarang mah peke
rahasia-rasiaan, ohh gitu Naf,” aduhh gimana ini kalau aku kasih tau bisa
bahaya tapi bagaimana menjelaskannya pada Ratna
“bukan gitu Na, beneran bukan siapa-siapa, ini tadi cuma ke save
aja pas tadi Fb’n d sini, masa sih aku tega rahasia-rahasiaan sama sahabat
sendiri, kamu kan sahabatku paaling baik Na,”jelasku sambil tersenyum, aku coba
menjelaskan semoga ratna mengerti.
“iya deh Naf, bercanda ko, aku percaya sahabatku yang cantik ini
kan gak mungkin punya pacar, kalaupun punya pasti aku udah tau, hhe” respon
Ratna sambil tersenyum lalu memelukku dan mencubit pipiku
“ihh, pipiku udah tembem Na, nanti tambah tembem” jawabku kesel
sambil tersenyum penuh haru
Syukurlah Ratna tidak memperpanjang masalah ini, maafkan aku Na,
aku belum siap untuk memberi tahu kamu tentang semua ini.
***
“ Naf ayoo Naf ,, nanti keburu selesai acaranya Naf, aku mau
melihat kak Fikri pakai toga pasti gagah banget,” Ratna berjalan setengah berlari
sambil menarik tanganku. Hari ini kak Fikri diwisuda
“iya Na iya, “ jawabku santai, aku juga mau melihat kak fikri pakai
toga, tapi di sini aku juga sedih karna dengan ini kak Fikri akan pergi
meninggalkan kami dan mungkin aku takkan bisa melihat sosok yang istimewa lagi.
“Naf itu kak Fikri , Naf ganteng banget, “ kata Ratna dengan
matanya yang bersinar
Banyak sekali
orang di sini, aku melihat keluarga kak Fikri menghampiri kak Fikri, ternyata
kak Fikri adalah anak pertama dan mempunyai 2 adik perempuan dan satu adik
laki-laki, orang tua kak Fikri ternyata belum terlalu tua, mereka terlihat
bahagia, aku bisa melihat tawa yang penuh haru dan bahagia dari mereka, mungkin
mereka bangga melihat anaknya menjadi sarjana terbaik di kampus.
“Na katanya ayah kamu mau ke sini,?” tanyaku mengusik konsentrasi
Ratna. Ayah Ratna tadi bilang mau ke kampus
katanya mau ketemu sahabatnya yang anaknya juga sedang diwisuda.
“ehh iya mana yah,” mata Ratna meneliti ke seluruh arah
“itu ayah, “ kata ratna menunjuk ke arah ayahnya, ku lihat ayahnya
sedang ngbrol dengan keluarga kak Fikri mereka terlihat akrab apa mereka sudah
saling mengenal,?
“Na ayahmu kenal sama keluarganya kak Fikri, kelihatannya udah akrab
banget ?” kataku penasaran.
“iya yah Naf, tapi aku gak pernah lihat keluarga kak Fikri kalau
ayah mengadakan reuni dengan teman-temannya, tapi gak tau deh” jelas Ratna.
“Naf ke sana yuk,?” ajak ratna
“ehh ngga ahh Na, kita di sini aja,” aku gak mau ke sana karna itu
berarti aku akan ketemu langsung dengan kak Fikri.
“ kenapa emang Naf, ayolah aku kan mau ketemu ayah,” paksa Ratna.
“hmmm, bilang aja mau ketemu kak Fikri, iya kan” kataku mencoba
meledek Ratna.
“ihh kamu ngga papa kan
sambil menyelam minum air,hhe” jawab Ratna di lanjukan dengan tawanya yang
khas.
“udah ah yuukk” belum sempat aku menjawab Ratna sudah menarik
tanganku.
Kami kemudian menghampiri mereka, di situ juga ada keluarganya kak
Fikri dan juga ada Kak Fikri di sampingnya, oh Tuhan tubuhku terasa kaku kali
ini, sebegitu kuatkah pengaruh perasaan ini bagi diri ini.
“Naf, Ratna, kalian di sini juga?” tanya kak Fikri membuat kami
tersenyum malu-malu.
“iya kak” jawab Ratna malu-malu
“ehh kalian ternyata sudah pada kenal?, ini anak saya ratna
pak” kata ayah Ratna mengenalkan Ratna kepada keluarga kak Fikri.
“wahh anakmu sudah besar ternyata dulu aku bertemu waktu masih di
gendongan ibunya, sekarang sudah menjadi gadis, cantik pula “ respon ayahnya
kak Fikri melihat Ratna.
“iya pak, oh iya ini Naf teman Ratna” kata Ratna mengenalkanku, aku
terseyum dan mengangguk mencoba memberi penghormatan.
“oh iya, Naf ini anak sahabat saya, ayahnya asli Aceh tadinya kalau
anak kami berpasangan kami mau menjodohkan mereka, tapi ternyata mereka
sama-sama perempuan” sambung ayah Ratna dan langsung di sambut tawa mereka.
Begitulah ayah Ratna dan ayahku bersahabat baik sehingga mereka
menginginkan hubungannya lebih erat dengan merencanakan perjodohan diantara
anak mereka tapi ternyata anak mereka sama-sama perempuan, tapi itu tak membuat
persahabatan mereka menjauh dengan itu aku kuliah di sini dan tinggal di
rumahnya Ratna sehingga persahabatan ayah dengan ayahnya Ratna terjalin lebih
erat, sekali-kali ayah berkunjung ke sini untuk bertemu denganku sekaligus
reuni mereka.
“ehh kenapa gak kita bicarakan perjodohan anak kita saja, rasanya
Ratna sama Fikri cocok juga” kata-kata ayah Ratna kali ini seperti menonjok
dadaku, hatiku berdegup kencang, aku melihat wajah Ratna memerah.
“itu urusan gampang, kita bicarakan nanti,”sahut ayahnya kak Fikri
langsung di iringi tawa mereka.
“Ayah, aku kan baru
saja di wisuda belum sampai berpikir kesana,” tambah kak Fikri.
“ehh jangan salah kamu sudah harus memikirkan itu.” Ayah kak Fikri
menambahkan lagi.
Tak bisa ku bayangkan
jika benar itu terjadi,rasanya baru mendengarnya saja hati ini sudah hancur
berkeping-keping, aku tau jodoh memang sudah tertulis tapi berat rasanya
mendengar semua ini, Ya Allah jangan biarkan aku seperti ini, sadarkanlah diri
ini, ikhlaskan hati ini jika memang itu yang Kau rencanakan.
***
Dua tahun kemudian
“ Assalamu’alaikum....” sudah tiga kali aku ucapkan salam, apa
Ratna tidak ada di rumah? Kenapa tidak ada jawaban. kenapa aku deg-degan yahh,
Ratna kaya gimana yah sekarang, udah banyak yang berubah gak yah? Udah dua
tahun aku tak bertemu dengannya, aku memang memutuskan untuk pindah kuliah di
tanah kelahiranku sendiri setelah saat itu bapaknya kak Fikri bertamu ke rumah
Ratna berbicara lebih serius tentang perjodohan itu, hatiku benar-benar hancur,
aku tak kuasa melihat kenyataan walau itu belumlah menjadi sebuah kepastian
yang mutlak, aku tak sanggup tersenyum pasi melihat kebahagian Ratna, aku tak
mau pura-pura mengukir senyum diwajah dengan hati berkeping-keping. Tapi, bukan
itu alasan utama yang membuatku pindah kuliah, sehari setelah semua itu bapak
menelponku kalau dia membutuhkanku untuk membantunya mengajar anak-anak belajar
ngaji di meunasah, karena kak Nisa ikut merantau ke Mesir dengan suaminya. Dan
kejadian itu membuatku yakin, biar kusimpan perasaan ini, biar kubawa pergi
luka ini, karena cinta sejati adalah melepaskan maka jika memang kak Fikri
adalah cinta sejati yang Allah ciptakan untukku, sejauh apapun aku pergi kami
pasti bertemu. Namun, jika kemudian aku tidak dipertemukan kembali maka
sederhana, kak Fikri bukanlah cinta sejatiku.
”Ass..” krekkk pintu terbuka, akhirnya kataku dalam hati. Pintu terbuka, bukan, ini bukan Ratna,tapi siapa yah? ini masih
rumahnya Ratna kan? aku yakin ini rumah Ratna, bunga mawar yang ku
tanam dulu masih terawat di depan rumah, tapii, kenapa yang keluar bukan Ratna
“Eee.. Ratnanya ada?” tanyaku sedikit ragu.
“kamu pasti Naf yah yang dari Aceh kan?.”
Orang itu malah balik bertanya.
“ii.. yaa” jawabku bingung.
“ayo masuk, Ratna udah nungguin kamu dari
kemarin, dia sangat merindukanmu, ohh iya aku Aliya temen SMA Ratna” jelasnya,
sambil membawaku berjalan ke kamar Ratna. Aku lega sekarang, ternyata ini masih
rumahnya ratna
Besok adalah pernikahan Ratna. seminggu
yang lalu ayah Ratna menyampaikan berita ini pada ayah. Iya dia akhirnya
menikah dengan kak Fikri. Lalu bagaimana dengan perasaanku, aku sudah dapat
mengendalikannya dan menerima takdir ini, walau berat.
***
“wahh kamu cantik banget Na” Ratna sudah
mengenakan baju pengantin dan sangat terlihat anggun.
“makasihh,, Naf kamu tau perasaanku
sekarang, bahagiaa banget” matanya berbinar-binar, aku bisa merasakan itu na,
aku seneng kamu bahagia semoga ini terbaik untukmu. Dan kemudian dia memelukku penuh
haru.
“aku kedepan dulu yah mau lihat keadaan,”
kataku sambil tersenyum dan pergi meninggalkan Ratna yang asiik di depan
cermin.
Aku melihat seisi ruangan, tamu-tamu mulai
berdatangan. Aku berjalan ke depan dan disana aku melihat kak Fikri udah datang,
lho ko gak ada yang ngasih tau. Dan aku lihat kak Fikri juga melihatku, dia
tersenyum dan menghampiriku.
“ pengantin pria udah datang ternyata, kok
gak sama rombongan” tanyaku
“ iya, sengaja duluan mau cek persiapanya,
tapi nanti ikut sama rombongan juga pastinya.” Jawabnya, ya karena aku
melihatnya juga masih mengenakan pakaian biasa.
“Apa kabar Naf, kapan datang?”
“baik kak Alhamdulillah, aku baru nyampe
kemarin sore. Kak Fikri apa kabar juga?” jawabku dan balik bertanya.
“ohh., Alhamdulillah baik juga” jawabnya
sambil tersenyum tapi terlihat seperti bingung seperti ada yang ingin
disampaikan.
“Naf,, kamu udah baca e-mail dari saya?”
tanyanya sedikit ragu. Dan aku juga bingung sudah lama aku tidak buka e-mail.
“e-mail apa?” tanyaku bingung.
“sudah kuduga kamu belum membacanya, tapi
ya sudahlah mungkin ini yang terbaik dari Allah” aku semakin penasaran dengan
jawabannya, kenapa jawabannya seperti itu.
“ya sudah aku mau siap-siap dulu ya Naf”
aku membiarkannya pergi meninggalkanku yang masih bertanya-tanya.
Aku langsung ke kamarku dan membuka
notebook lalu aku buka email, benar saja ada dua email masuk dari kak fikri
sekitar satu bulan yang lalu.
To :
nafisah.amalia@gmail.com
From :
fikri_m@gmail.com
Assalamu’alaikum
Apa
kabar naf?, semoga naf selalu dalam lindungan Allah. Bagaimana keadaan kota
serambi mekah?. Sebelumnya aku mohon maaf naf, aku mau jujur pada naf. Lama aku
mencari naf, aku tau naf pulang ke aceh dari papahnya Ratna saat ke rumah, tapi
itu tidak penting sekarang. Mungkin naf sudah mendengar tentang perjodohan
antara aku dengan Ratna, ya orang tua kami menjodohkan kami. Tapi seminggu yang
lalu ayah bicara padaku kalau dia tidak akan memaksa jika aku tidak
menginginkan itu, ayah memberikan waktu untukku mencari pilihanku tapi jika
dalam waktu satu bulan aku belum mendapatkan orang yang aku pilih maka ayah
akan melanjutkan perjodohan ini.
Naf
sejujurnya aku ingin memilihmu untuk menjadi pendampingku, aku menyimpan
perasaan selama ini kepadamu. Aku coba menghubungimu berkali-kali tapi gagal
nomor kamu yang ada di hpku sudah tidak aktif, aku berniat menyusulmu ke Aceh
tapi. Aku hanya bisa menyampaikan ini lewat email, maafkan kelemahanku ini.
Semoga kau membacanya. Aku menunggu jawabanmu.
Wassalamua’alaikum
Bandung, 12 Maret 2015
Muhammad Fikri
Air
mataku sudah membasahi kerudung dan melunturkan make up ku. Hati ini, tak tahu
seperti apa perasaan ini. Mengapa ini terjadi, mengapa baru sekarang aku
membukanya. Ada satu email lagi, aku membukanya
To
: nafisah.amalia@gmail.com
From :
fikri_m@gmail.com
Assalamu’alaikum
Sudah
satu bulan aku menunggu balasan emailmu
naf, tapi sepertinya kau belum membacanya. Mungkin ini takdir Allah untukku,
mungkin kau bukan jodoh yang dihadirkan Allah untukku. Ayah memutuskan untuk
melanjutkan perjodohanku dengan Ratna, kemarin kami bertemu dengan keluarga
Ratna, dan mereka setuju kami akan menikah bulan depan.
Semoga
ini yang terbaik dari Allah. Kami minta do’anya darimu naf, dan semoga naf
dipertemukan dengan jodoh terbaik. Allah memberikan apa yang kita butuhkan
bukan apa yang kita inginkan. Maafkan aku selama ini.
Wassalamu’alaikum
Bandung, 13 April 2015
Muhammad Fikri
Aku
tersungkur menahan tangis yang tak bisa kutahan. Aku tak tahu seperti apa
perasaanku saat ini dan aku harus berbuat apa, tapi aku yakin ini yang terbaik
dari Allah. Aku hanya bisa mendo’akan kalian. Aku titip Ratna kak , jaga
sahabat terbaikku.
Komentar
Posting Komentar