Judul : Sangakala di Langit Andalusia Penulis : Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra Tebal : xii+472 hlm Penerbit : Republika Tahun Terbit : 2 022 Cetakan : ke- 1 Membaca novel ini membawa kita untuk kembali mengingat masa keruntuhan kerajaan Islam di Andalusia atau Spanyol. Penyampaian kalimat demi kalimatnya membuat kita merasakan bagaimana bergejolaknya suasana saat itu. Saat Andalusia beralih kekuasaan dan umat Islam harus berjuang bertahan hidup dan mempertahankan tauhid mereka. Novel ini mengisahkan perjuangan Rammar Ibnu Baqar. Seorang hafidz Qur’an terakhir di Andalusia yang harus memecahkan teka-teki cincin sebuah nubuat yang bisa menyelamatkan umat Islam dari penguasa Andalusia saat itu. Perjalanan yang sangat berat dihadapi dengan kehilangan orang-orang yang di cintai satu persatu. Tidak mudah mengahadapi musuh apalagi dia adalah orang yang pernah ada di dekat kita. Kisahnya se
Selama ini kita ketahui tokoh Islamisasi di Jawa Barat ialah Sunan
Gunung Djati sebagaiman merupakan sultan pertama dari Kesultanan Cirebon.
Namun, tidak banyak orang tahu bahwa Syekh Siti Jenar juga berperan dalam
proses Islamisasi di Jawa Barat. Selama ini orang mengetahuinya bahwa ajaran
Syeh Siti Jenar telah menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Syekh Siti Jenar melakukan terobosan dalam Syiar Islam dengan
metode yang berbeda dari Walisanga dimulai di tempat ia dibesarkan. Yaitu
sekitar Cirebon. Dan metodenya ini kelihatannya berhasil, sehingga Ia dikenal
masyarakat sebagai penyiar agama Islam yang gigih dan pantang menyerah.
Muridnya banyak berdatangan dari berbagai daerah. Tidak hanya berasal dari
Cirebon saja, tetapi juga dari Banten dan Palembang. Karena itu dalam waktu
singkat Syekh Siti Jenar telah memiliki banyak murid sehingga akhirnya Syekh
Siti Jenar mendirikan padepokan Dukuh Lemah Abang. Kemudian juga membuka cabang
diberbagai daerah yang juga diberi nama sama yaitu Lemah Abang, sehingga
dikenal sebagai Syekh Lemah Abang (K.H. Muhammad Sholikhin, 2008:123 dalam buku
Besta Besuki Kertawibawa. Dinasti Raja Petapa II, Syarif Hidayatullah Sang
Pengembang Kerajaan Cirebon.2009;227)
Dari hal ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa benar jika Syekh
Siti Jenar memiliki peran dalam Islamisasi di Jawa barat. Disebutkan juga bahwa
Syekh Siti Jenar pada waktu mudanya bernama Abdul Jalil, yang merupakan anak
angkat dari Pangeran Cakrabuana. Diperkirakan Syekh Siti Jenar semula tinggal
dengan Syekh Datuk Kahfi, pengasuh Pesantren Amparan Jati. Syekh Datuk Kahfi
kita ketahui juga merupakan guru dari Sunan Gunung Djati atau Syarif
Hidayatullah.
Pangeran Cakrabuana ketika berguru pada Syekh Datuk Kahfi bersama istri, Nyi Endang Geulis dan juga
adiknya Nyai Rara Santang yang merupakan ibunda dari Sunan Gunung Djati. Pada
saat itu Pangeran Cakrabuana belum mempunyai putera maka dia mengangkat Syekh
Siti Jenar menjadi anak angkatnya. Apabila diurutkan silsilahnya Syekh Siti
Jenar masih keturunan ulama dan masih ada ikatan kekeluargaan dengan anggota
dewan Walisanga(Besta Besuki Kertawibawa. Dinasti Raja Petapa II, Syarif
Hidayatullah Sang Pengembang Kerajaan Cirebon.2009;227).
Dalam Kitab Negara Kertabumi dijelaskan bahwa Syekh Siti Jenar
berasal dari keluarga ulama dan pejabat di Malaka dari ayah yang bernama Syekh
Datuk Shalih, dan terlahir dengan nama Abdul Jalil. Datuk Shalih adalah adik
sepupu Syekh Datuk Kahfi, sorang yang mula-mula menyebarkan Islam di Jawa
Barat, di Gunung Sembung, Syekh Siti Jenar terbilang masih memiliki hubungan
darah dekat dengan Sunan Ampel, Syarif Hidayatullah dan para wali lainnya
(Muhammad Solikhin 2008:44-47).
Syekh Siti Jenar kemudian pada saat usianya dewasa pergi ke Persia
dan Bermukim di Bagdad. Ia berguru pada seorang ulama sufi bermazhab Syiah
al-Muntadzar. Kemudian setelah lama di Bagdad dan menjadi seorang auliya Ia
pergi ke Gujarat dan setelah memperdalam ilmunya Ia pulang ke Malaka,
mendapatkan gelar Syekh Jabaranta atau Syekh Jabalrantas, dan digelari Syekh
Datuk Abdul Jalil. Selanjutnya kembali ke Bagdad dan baru kembali ke Jawa yakni
Cirebon, bermukim di bukit Aparan Jati di kawasan Gunung Sembung. Disitu Syekh
Siti Jenar melaksanakan dan memperkuat dakwah bersama Datuk Kahfi. Dari kawasan
Cirebon ini pengaruhnya meluas, karena Ia selalu melakukan muhibbah ke berbagai
daerah dalam aktifitas dakwahnya(Muhammad Solikhin 2008:44-47).
Syekh Siti Jenar berhasil mengislamkan banyak penganut ajaran
Hindu-Budha, penganut animisme dan dinamisme di Jawa. Dalam hal Islamisasi ini,
Syekh Siti Jenar tidaklah mencabut akar-akar budaya lokal yang sudah mentradisi
di masyarakat, sehingga pola pendekatan kultural dan pola kemanusiaannya
menjadikan diri dan ajarannya populer di masyarakat.
Komentar
Posting Komentar